Setiap kita mungkin punya pengalaman serupa. Ada momen ketika alam tiba-tiba berbicara, dan jiwa kita merasa disentuh. Kadang lewat angin malam yang menyejukkan hati yang resah. Kadang lewat burung kecil yang tetap bernyanyi meski sarangnya rapuh. Kadang lewat gunung yang diam, seakan berkata: "Tenanglah, ada sesuatu yang lebih besar yang sedang menjagamu."
Refleksi ini mengingatkan kita bahwa bahasa rahasia alam tidak pernah jauh. Ia selalu hadir dalam kehidupan sehari-hari. Yang menjadi pertanyaan adalah: apakah kita cukup peka untuk mendengar?
Penutup: Jiwa yang Mendengar, Jiwa yang Tercerahkan
Bahasa rahasia alam tidak akan pernah tertulis di kamus, karena ia ditulis di dalam jiwa. Ia tidak bisa dipelajari hanya dengan membaca buku, tetapi dengan membuka hati.
Mereka yang mampu mendengar bahasa ini akan berjalan di bumi dengan penuh kesadaran. Mereka akan memandang langit dengan rasa takjub, merangkul sesama dengan kelembutan, dan menyelam ke dalam dirinya dengan keheningan.
Sebab pada akhirnya, siapa pun yang mendengar bahasa rahasia alam, sebenarnya sedang mendengar panggilan Sang Pencipta.
Dan di sanalah, cahaya menemukan jalannya---dari bumi yang membumi, hingga ke langit yang abadi.
Tag : #TrilogiCahaya #MetaforaSpiritual #BahasaAlam #RefleksiJiwa #FilosofiKehidupan #InspirasiIslami
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI