Bahasa rahasia alam selalu menuntun kita pada sikap tunduk. Ia menumbuhkan rasa kecil, tapi dalam rasa kecil itu justru kita menemukan kebesaran. Sebab, bahasa alam pada akhirnya bukan hanya untuk didengar, tetapi untuk mengajarkan kita cara merunduk.
Kisah: Ketika Alam Berbicara Lewat Hujan
Beberapa tahun lalu, seorang sahabat bercerita tentang masa tersulit dalam hidupnya. Ia baru saja kehilangan pekerjaan, hutang menumpuk, dan rumah tangganya hampir karam. Dalam putus asa, ia berjalan sendirian di tengah hujan deras.
Awalnya ia mengutuk hujan itu---kenapa harus turun saat hatinya sedang kacau. Namun perlahan, suara deras hujan yang menghantam tanah justru membuatnya berhenti sejenak. Ia duduk di bawah pohon, membiarkan tubuhnya basah kuyup.
Di sanalah ia merasa seakan Tuhan sedang berbicara: "Lihatlah hujan ini. Ia jatuh berkali-kali, tak peduli seberapa keras tanah menolaknya. Namun pada akhirnya, ia akan meresap dan menghidupkan bumi. Begitu pula dirimu. Meski jatuh, meski ditolak, engkau tetap membawa kehidupan."
Sahabat itu menangis. Untuk pertama kalinya, ia merasa dipeluk oleh bahasa rahasia alam. Bukan kata-kata yang menenangkannya, melainkan bunyi hujan yang terus jatuh, sabar, dan penuh kasih. Sejak hari itu, ia memandang hujan bukan lagi sebagai gangguan, melainkan doa yang turun dari langit.
Membumi dan Mencapai Langit
Bahasa rahasia alam bukanlah bahasa yang membuat kita terasing. Ia justru membumikan kita, meneguhkan langkah, sekaligus mengangkat pandangan ke langit.
Ketika kita mendengar nyanyian hujan, kita belajar tentang kasih sayang. Ketika kita menatap bintang, kita belajar tentang cita-cita. Ketika kita merasakan embun pagi, kita belajar tentang kesegaran iman.
Bahasa ini membimbing kita untuk tidak hanya menjadi pengamat alam, tetapi juga bagian darinya. Kita adalah pohon yang sedang tumbuh, sungai yang sedang mengalir, angin yang sedang berhembus. Kita adalah semesta kecil yang sedang bercermin pada semesta besar.
Dan pada akhirnya, semua bahasa itu membawa kita pada satu titik temu: bahwa seluruh alam semesta hanyalah gema dari satu Nama yang Agung.