Mohon tunggu...
Ahmad Husen
Ahmad Husen Mohon Tunggu... PENGGAGAS TRILOGI CAHAYA: Lentera Jiwa | Pelita Negeri | Cahaya Semesta

Penulis Trilogi Cahaya: Lentera Jiwa, Pelita Negeri, dan Cahaya Semesta. Menulis untuk menyalakan hati, membangun negeri, dan merajut harmoni semesta. Berbagi kisah, refleksi, dan gagasan yang menuntun jiwa menuju kedamaian yang tak tergoyahkan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

TRILOGI CAHAYA: Bahasa Rahasia untuk Jiwa yang Mendengar

1 September 2025   09:50 Diperbarui: 1 September 2025   09:46 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa rahasia alam selalu menuntun kita pada sikap tunduk. Ia menumbuhkan rasa kecil, tapi dalam rasa kecil itu justru kita menemukan kebesaran. Sebab, bahasa alam pada akhirnya bukan hanya untuk didengar, tetapi untuk mengajarkan kita cara merunduk.

Kisah: Ketika Alam Berbicara Lewat Hujan

Beberapa tahun lalu, seorang sahabat bercerita tentang masa tersulit dalam hidupnya. Ia baru saja kehilangan pekerjaan, hutang menumpuk, dan rumah tangganya hampir karam. Dalam putus asa, ia berjalan sendirian di tengah hujan deras.

Awalnya ia mengutuk hujan itu---kenapa harus turun saat hatinya sedang kacau. Namun perlahan, suara deras hujan yang menghantam tanah justru membuatnya berhenti sejenak. Ia duduk di bawah pohon, membiarkan tubuhnya basah kuyup.

Di sanalah ia merasa seakan Tuhan sedang berbicara: "Lihatlah hujan ini. Ia jatuh berkali-kali, tak peduli seberapa keras tanah menolaknya. Namun pada akhirnya, ia akan meresap dan menghidupkan bumi. Begitu pula dirimu. Meski jatuh, meski ditolak, engkau tetap membawa kehidupan."

Sahabat itu menangis. Untuk pertama kalinya, ia merasa dipeluk oleh bahasa rahasia alam. Bukan kata-kata yang menenangkannya, melainkan bunyi hujan yang terus jatuh, sabar, dan penuh kasih. Sejak hari itu, ia memandang hujan bukan lagi sebagai gangguan, melainkan doa yang turun dari langit.

Membumi dan Mencapai Langit

Bahasa rahasia alam bukanlah bahasa yang membuat kita terasing. Ia justru membumikan kita, meneguhkan langkah, sekaligus mengangkat pandangan ke langit.

Ketika kita mendengar nyanyian hujan, kita belajar tentang kasih sayang. Ketika kita menatap bintang, kita belajar tentang cita-cita. Ketika kita merasakan embun pagi, kita belajar tentang kesegaran iman.

Bahasa ini membimbing kita untuk tidak hanya menjadi pengamat alam, tetapi juga bagian darinya. Kita adalah pohon yang sedang tumbuh, sungai yang sedang mengalir, angin yang sedang berhembus. Kita adalah semesta kecil yang sedang bercermin pada semesta besar.

Dan pada akhirnya, semua bahasa itu membawa kita pada satu titik temu: bahwa seluruh alam semesta hanyalah gema dari satu Nama yang Agung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun