Mohon tunggu...
Ahmad Hilman Halim UIN Mataram
Ahmad Hilman Halim UIN Mataram Mohon Tunggu... Mahasiswa

Ahmad Hilman Halim, lahir di Mataram pada tahun 2001. Saat ini saya berstatus sebagai mahasiswa pada program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) di Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram. Saya menempuh pendidikan dengan latar belakang pesantren yang menjadi fondasi dalam pengembangan keilmuan dan kepribadian. Selain fokus pada studi akademik, saya juga aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan sebagai bentuk pengabdian dan aktualisasi diri. Saya memiliki ketertarikan pada hal-hal baru yang menantang, karena saya meyakini setiap pengalaman memberikan ruang untuk pembelajaran, pengembangan wawasan, dan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Crab Mentality : Musuh dalam Selimut Pergerakan

18 September 2025   21:54 Diperbarui: 18 September 2025   21:54 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Crab mentality adalah istilah untuk menggambarkan sikap saling menjatuhkan, sebagaimana kepiting dalam wadah yang saling tarik-menarik hingga tak satu pun dapat keluar. Fenomena ini bukan sekadar kiasan, tetapi realitas yang kerap terjadi dalam ruang-ruang organisasi, termasuk organisasi kemahasiswaan. Alih-alih mendorong satu sama lain untuk maju, sebagian justru memilih menghalangi, menahan, bahkan menjegal rekannya agar tidak lebih tinggi dari dirinya.

Dalam konteks pergerakan mahasiswa, mentalitas ini adalah penyakit laten. Ia hadir dalam bentuk sikap iri, takut tersaingi, enggan melihat orang lain maju, bahkan membisikkan narasi negatif demi meruntuhkan kredibilitas sesama kader. Akibatnya, energi yang seharusnya digunakan untuk membangun, justru habis untuk menjatuhkan. Potensi kader terhambat, gagasan mandek, dan organisasi kehilangan daya juang.

Padahal, pergerakan tidak pernah tumbuh dari persaingan sempit. Ia lahir dari semangat kolaborasi. Nelson Mandela pernah berkata, "Resentment is like drinking poison and then hoping it will kill your enemies." Kebencian dan kedengkian tidak akan melukai orang lain, melainkan justru mematikan diri kita sendiri. Begitu pula dalam organisasi: semakin kita terjebak pada mentalitas kepiting, semakin kita menjauh dari tujuan besar perjuangan.

Dalam tradisi kearifan Nusantara, ada pepatah bijak yang mengatakan: "Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing." Pepatah ini mengajarkan nilai kebersamaan dan solidaritas. Jika satu orang berhasil, seharusnya yang lain ikut menguatkan. Jika satu orang kesulitan, yang lain hadir menopang. Itulah esensi persaudaraan yang seharusnya hidup dalam setiap organisasi, terlebih dalam PMII yang menjadikan ukhuwah dan solidaritas sebagai ruh pergerakan.

Kita tidak boleh lupa bahwa pergerakan mahasiswa memiliki misi historis: menjadi garda terdepan perubahan. Cita-cita itu mustahil tercapai bila kita masih sibuk saling tarik-menarik di dalam wadah kecil kita sendiri. Pergerakan menuntut kedewasaan berpikir, lapang dada menerima perbedaan, serta kebesaran hati untuk mengakui keberhasilan orang lain sebagai bagian dari keberhasilan bersama.

Crab mentality adalah musuh dalam selimut yang diam-diam melemahkan pergerakan. Jika dibiarkan, ia akan melahirkan generasi yang saling menjatuhkan, bukan saling menguatkan. Karena itu, setiap kader harus menjadikannya lawan nyata. Kita perlu menumbuhkan budaya apresiasi, semangat kolaborasi, serta jiwa persaudaraan yang tulus.

Soekarno pernah berpesan, "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri." Kutipan ini terasa relevan dengan kondisi kita. Melawan crab mentality adalah bentuk perjuangan melawan diri sendiri, melawan egoisme, iri hati, dan mentalitas sempit yang justru menghambat langkah warga pergerakan.

Jika setiap kader berani menanggalkan mentalitas kepiting dan menggantinya dengan semangat kolaborasi, maka organisasi akan benar-benar hidup. Kader akan tumbuh kuat, visi pergerakan menjadi nyata, dan cita-cita besar PMII untuk membangun peradaban akan menemukan jalannya. Saatnya kita menjadikan keberhasilan sahabat sebagai kebanggaan bersama, bukan sebagai ancaman. Sebab, sebagaimana pepatah Jawa berkata: "Urip iku urup" --- hidup itu menyala, dan nyala itu hanya ada ketika kita mau berbagi cahaya dengan sesama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun