Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdi, Pendiri/Pembina YSDPAl-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat. Peraih Kontributor Terpopuler Tahun 2024 di Repositori UIN Bandung

"Kompasiana Best Fiction Award Explorer" 22/1/2025

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Akdemik sebagai Ekosistem: Iman, Ilmu, atau Sekedar Instiusi?

8 Oktober 2025   23:50 Diperbarui: 8 Oktober 2025   23:50 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kompilasi Dokumen Perkuliahan Metris MP Kls. V/D MPI-S1 dimodifikasi Rabu, 8 Oktober 2025

Akademik sebagai Ekosistem: Iman, Ilmu, atau Sekadar Institusi?

Oleh: A. Rusdiana

Semester Ganjil Tahun Akademik 2025/2026 telah dimulai sejak 1 September 2025 hingga 19 Desember 2025. Di tengah padatnya perkuliahan, dosen dan mahasiswa Prodi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) S-1 melaksanakan tiga sesi kuliah penuh 12 sks dalam satu hari, Rabu 8 Oktober 2025. Kelas V/c, V/d, dan V/e mengikuti mata kuliah Metode Penelitian Manajemen Pendidikan dengan kegiatan yang tak biasa: menghadirkan dosen tamu seorang guru profesional, peneliti, dan penulis buku "Menjadi Cahaya: Catatan Seorang Guru."

Kegiatan ini tidak hanya akademik formal, tetapi juga aksi sosial berbasis ilmu. Mahasiswa terjun ke lapangan melalui riset mini dan magang di lembaga pendidikan Islam. Di sanalah tridarma perguruan tinggi menemukan napas barunya pengajaran, penelitian, dan pengabdian yang saling menghidupi.

Dalam konteks yang lebih luas, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto, dalam forum Winner 2025 di Gedung BJ Habibie, menegaskan perlunya kampus bertransformasi menjadi University 4.0: bukan hanya tempat belajar, tapi pusat perubahan sosial dan ekonomi. Paradigma baru ini menegaskan bahwa akademik harus menjadi ekosistem hidup, bukan sekadar institusi administratif.

Teori yang melandasi gagasan ini beragam. Wenger (1998) melalui konsep Community of Practice menjelaskan bahwa pembelajaran sejati tumbuh dalam interaksi sosial dan praktik bersama. Vygotsky (1978) menegaskan pentingnya social learning, di mana kolaborasi membentuk kecerdasan kolektif. Sementara teori Job Demand-Resources Model (Bakker & Demerouti, 2007) menunjukkan bahwa keterlibatan kerja (work engagement) tumbuh dari keseimbangan antara tuntutan dan dukungan. Maka, bila akademik menjadi ekosistem yang sehat---dengan iman, ilmu, dan kolaborasi---maka tridarma akan berdenyut alami.

Namun di sisi lain, masih terdapat kesenjangan (gap) nyata: lemahnya riset kolaboratif, komunikasi yang terbatas antar civitas akademika, serta kecenderungan administratif yang menumpulkan empati sosial. Karena itu, tulisan ini bertujuan menegaskan pentingnya menjadikan akademik sebagai ekosistem iman dan ilmu, bukan sekadar institusi birokratis. Berikut Lima Pilar Akademik sebagai Ekosistem:

Pertama: Kampus sebagai Ruang Hidup, Bukan Gedung Ilmu; Ekosistem akademik yang sehat tidak diukur dari jumlah laboratorium, tetapi dari kehidupan yang berdenyut di dalamnya. Dosen dan mahasiswa bukan penghuni gedung, melainkan penggerak pengetahuan. Melalui riset mini, diskusi, dan proyek sosial di lembaga pendidikan Islam, mereka membangun jejaring pembelajaran yang nyata. Kampus harus menjadi ruang yang menghidupkan empati dan nalar kritis, bukan sekadar ruang ujian.

Kedua: Riset Kolaboratif sebagai Pengabdian Sosial; Riset seharusnya tidak berhenti di laporan atau publikasi, melainkan menyalakan perubahan. Ketika mahasiswa turun meneliti di MIN, MTsN, MAN, hingga Perguruan Tinggi Islam Swasta (PTIS), riset itu menjadi bentuk pengabdian. Mereka belajar membaca realitas pendidikan, mengelola data, dan menemukan solusi yang dapat diterapkan oleh lembaga. Inilah wujud nyata tridarma yang saling berkelindan.  Berikut Pembagian Kelompok Riset Mini Kls V/D MPI S-1

Sumber: Dokumen Pembagian Kelompok Riset Mini Kolaborasi Metris MP Kls. V/D MPI-S1 Rabu, 8 Oktober 2025
Sumber: Dokumen Pembagian Kelompok Riset Mini Kolaborasi Metris MP Kls. V/D MPI-S1 Rabu, 8 Oktober 2025

Ketiga: Spirit Iman dalam Ilmu; Ekoteologi akademik mengingatkan bahwa ilmu tanpa iman kehilangan arah. Iman memberi orientasi moral dan keberlanjutan. Dalam konteks ekosistem akademik, iman menjadi energi yang menjaga integritas ilmiah dan empati sosial. Seorang dosen yang mengajar dengan nilai, dan mahasiswa yang meneliti dengan nurani, sedang menanamkan teologi keilmuan iman yang bekerja dalam bentuk ilmu.

Keempat: Kolaborasi sebagai Napas Ekosistem; Menurut Wenger, komunitas belajar sejati terbentuk ketika individu saling berbagi praktik dan makna. Dosen, mahasiswa, dan masyarakat perlu membangun community of practice yang memecah sekat birokrasi. Kolaborasi riset, proyek pengabdian, hingga kegiatan magang di lapangan bukan hanya kewajiban kurikulum, tetapi sarana tumbuhnya kepekaan sosial dan profesionalisme global.

Kelima: Keberlanjutan sebagai Etika Akademik; Ekosistem yang sehat harus berkelanjutan. Dalam konteks akademik, keberlanjutan berarti regenerasi ide, moral, dan kepemimpinan. Mahasiswa yang hari ini meneliti di madrasah atau sekolah Islam harus menjadi penggerak inovasi pendidikan di masa depan. Dosen berperan sebagai ecological mentor, memastikan bahwa nilai-nilai kebaikan ilmiah tetap lestari di tengah perubahan zaman.

Akademik yang berjiwa ekosistem adalah akademik yang hidup tempat iman dan ilmu saling menumbuhkan. Kampus tidak cukup menjadi institusi pengetahuan; ia harus menjadi rumah peradaban. Rekomendasinya, perguruan tinggi perlu memperkuat integrasi tridarma melalui: 1) Riset kolaboratif lintas lembaga, 2) Magang berbasis pengabdian sosial, 3) Dosen tamu profesional dari lapangan nyata, dan  Kurikulum yang menghubungkan teori, nilai, dan aksi.

Jika tridarma diibaratkan pohon ilmu, maka aksi sosial dan kolaborasi adalah oksigen yang membuatnya hidup. Akademik bukan hanya sistem, tetapi ekosistem iman dan ilmu yang menumbuhkan manusia pembelajar, bukan sekadar lulusan. Kampus yang demikianlah yang pantas disebut University 4.0  tempat sains, iman, dan kemanusiaan berpadu dalam keberlanjutan. Wallahu A'lam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun