Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdi, Pendiri/Pembina YSDPAl-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat. Peraih Kontributor Terpopuler Tahun 2024 di Repositori UIN Bandung

"Kompasiana Best Fiction Award Explorer" 22/1/2025

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Refleksi atau Rutinitas: Mengapa Do'a Pagi Lebih Menguatkan?

21 September 2025   20:46 Diperbarui: 21 September 2025   20:46 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dok Pembagian Kelompok Kls III/D Kulialah di Ruang  Lantai 3 Ruang 14Gedung Pascasarjana  UIN Bandung: Jum'at, 19 September 2025 Mulai Jam 06.50- 10.10 (Jam ke-0)

Refleksi atau Rutinitas? Mengapa Doa Pagi Lebih Menguatkan?

Oleh: A. Rusdiana

Perkuliahan semester Ganjil tahun akademik 2025/2026 telah dimulai sejak 1 September hingga 19 Desember 2025. Di tingkat S1, sudah berlangsung dua kali pertemuan. Namun, dinamika tidak selalu mudah. Susah sekali menyatukan visi mahasiswa untuk menulis esai dari materi kuliah. Apalagi kuliah paralel kerap terkendala karena crossing jadwal mengajar di S2 Pendidikan khususnya pada mata kuliah Sistem Informasi Manajemen Pendidikan---dan di S1 Metode Penelitian. Dalam situasi ini, muncul kebutuhan mendesak untuk kembali pada Refleksi dan Doa Pagi. Teori Job Demand--Job Resources menegaskan bahwa keterlibatan kerja (work engagement) lahir ketika tuntutan kerja diimbangi dengan sumber daya yang mendukung, termasuk kekuatan spiritual dan sosial. Wenger dengan community of practice maupun Vygotsky melalui social learning sama-sama menekankan bahwa pembelajaran tumbuh dalam interaksi sosial.

Namun, gap masih terasa. Banyak dosen enggan ketika jadwal kuliah ditempatkan di jam pertama. Mereka menganggap itu sebagai beban, bukan peluang. Padahal, Rasulullah menegaskan: "Apabila suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya" (HR. Bukhari). Artinya, amanah mengajar, termasuk di jam paling pagi, mestinya disikapi dengan kesungguhan. Tulisan ini bertujuan menguraikan bagaimana refleksi dan doa pagi dapat dijadikan lima pilar pembelajaran bagi dosen maupun mahasiswa.

Pertama: Pilar Disiplin Waktu; Pagi adalah simbol keteraturan. QS. Al-'Ashr mengingatkan bahwa manusia dalam kerugian kecuali yang menghargai waktu dengan iman, amal, dan kesabaran. Menulis catatan refleksi di pagi hari, baik dalam jurnal pribadi maupun esai kuliah, melatih mahasiswa untuk membiasakan ketepatan waktu. Disiplin ini bukan sekadar teknis, melainkan bekal karakter.

Kedua: Pilar Energi Spiritual; Doa pagi adalah sumber daya batin yang memperkuat semangat belajar. QS. Ad-Dhuha menenangkan hati dengan janji bahwa setelah kesulitan ada kemudahan. Ketika mahasiswa memulai hari dengan doa, energi spiritual ini menjadi job resources yang menyeimbangkan tekanan tugas. Dosen pun mendapat kekuatan batin untuk mengajar dengan niat tulus, bukan sekadar rutinitas administratif.

Ketiga: Pilar Refleksi Kritis; Menulis di pagi hari menjadikan refleksi sebagai doa tertulis. Jurnal kuliah, catatan belajar, atau esai di Kompasiana adalah wujud doa intelektual. Dengan begitu, mahasiswa tidak hanya menghafal teori, tetapi juga merenungkan maknanya bagi hidup. Proses ini sejalan dengan teori Vygotsky, di mana pembelajaran lahir dari interaksi reflektif dalam konteks sosial.

Keempat: Pilar Komunitas dan Kolaborasi; Wenger menekankan pentingnya community of practice. Diskusi ringan di pagi hari, kelompok belajar, atau sekadar saling menyemangati sesama mahasiswa adalah bagian dari doa kolektif. Dosen yang membangun ruang kolaborasi di jam-jam awal perkuliahan membantu menanamkan nilai ukhuwah, sebagaimana sabda Nabi bahwa seorang mukmin dengan mukmin lainnya ibarat bangunan yang saling menguatkan (HR. Bukhari-Muslim).

Kelima: Pilar Optimisme dan Syukur; Refleksi dan doa pagi menanamkan optimisme. Mahasiswa belajar mensyukuri nikmat---kesehatan, kesempatan belajar, ilmu yang diterima---seraya merencanakan hari dengan penuh harapan. Sikap ini membangun ketangguhan menghadapi tantangan akademik maupun kehidupan. Optimisme pagi mencegah mental burnout akibat tuntutan perkuliahan yang padat.

Refleksi dan doa pagi bukan sekadar kebiasaan personal, melainkan pilar pembelajaran yang relevan untuk perkuliahan modern. Dengan disiplin waktu, energi spiritual, refleksi kritis, kolaborasi komunitas, serta optimisme, mahasiswa dan dosen dapat menjalani aktivitas akademik dengan lebih bermakna. Rekomendasi: 1) Dosen hendaknya membangun tradisi warm-up reflection di awal perkuliahan; 2) Mahasiswa didorong menulis jurnal refleksi pagi sebelum memulai kelas; 3) Perguruan tinggi dapat menjadikan refleksi dan doa pagi sebagai budaya akademik yang memperkuat keterlibatan belajar (engagement). Sebagai Penutup Pantun Yu sebentar;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun