Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya mahasiswa semester 07 prodi PIAUD fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Sunan Giri (INSURI) Ponorogo. Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Masihkah Ada Cinta untuk Kita? (Bagian 2)

20 Mei 2025   21:52 Diperbarui: 20 Mei 2025   21:53 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest.com/endlesssummer2023 

Kami terdiam lagi. Hujan di luar semakin deras. Pelayan datang membawa makanan, dan kami mulai makan dalam keheningan. Masing-masing dengan pikiran sendiri. Setelah suapan keempat, aku berkata, "Ye Tian... kamu sadar gak, kalau ini bisa jadi masalah besar di kantor?" Dia menatapku tajam. "Aku tahu. Tapi yang lebih penting bagiku sekarang... adalah kita."

Aku menarik napas panjang. "Kalau Ayah tahu, dan dia tidak setuju, kamu siap kehilangan pekerjaan?" Dia terdiam. Perlahan, dia meletakkan sendoknya. "Aku siap kehilangan pekerjaan. Tapi aku tidak mau kehilangan kamu lagi."

Hatiku terasa berat. Aku ingin percaya padanya. Tapi aku juga hidup di dunia nyata. Dunia yang penuh perhitungan, reputasi, dan tekanan dari orang tua. Ayahku, Ning Guang, bukan orang yang mudah memberi restu pada siapa pun. Apalagi pada seseorang dari latar belakang seperti Ye Tian. "Ayahku tidak akan mudah menerima kamu," kataku akhirnya. "Dia pernah bilang, cinta bisa menyesatkan bila melawan logika."  "Dan kamu? Kamu percaya itu?" Aku menatapnya. "Dulu tidak. Tapi setelah bekerja bertahun-tahun di bawah tekanan ayahku... aku mulai ragu."

Ye Tian menggenggam tanganku di atas meja. Hangat. Kokoh. "Kita tidak sedang melawan logika, Ning Yi. Kita sedang berusaha menyatukan dua hati yang dulu belum sempat bicara." Air mata menyesak di ujung mataku. Tapi aku menahan. Aku sudah terlalu sering terlihat kuat. Malam ini... aku hanya ingin jujur pada perasaanku.

"Tapi aku butuh waktu," kataku akhirnya. "Aku tidak bisa langsung percaya semuanya bisa kembali seperti dulu." Ye Tian mengangguk. "Aku akan menunggu. Tidak peduli berapa lama. Asal kamu tidak menyuruhku pergi." Aku tersenyum kecil. "Untuk sekarang... tetaplah di sini."

Keesokan harinya, kantor menjadi medan bisik-bisik. "Eh, kamu lihat story semalam? Direktur Ning makan malam sama Supervisor Ye dari tim Beijing!" "Wah, katanya mereka dulunya teman SMA ya?" "Teman? Kayaknya lebih dari itu deh..." Aku berusaha bersikap biasa di ruanganku. Tapi ketika aku masuk ke ruang rapat siang itu, Ayahku sudah menungguku dengan wajah serius.

"Ning Yi, duduklah." Aku tahu ini akan datang. "Sudah kudengar kamu bertemu dengan Ye Tian semalam," katanya langsung.

Aku hanya diam. "Dia memang pintar. Tapi bukan dari kelas kita, Yi." "Dia pekerja keras, Ayah. Dan punya integritas." "Integritas tidak bisa membayar harga saham," kata Ayahku tegas. "Kamu tahu bagaimana perusahaan ini dibangun. Kamu tahu siapa yang sudah kami janjikan sebagai mitra bisnis... dan calon menantu."

Napas saya tercekat. Tentu saja. Ayah merencanakan perjodohan bisnis lagi. "Maaf, Ayah," jawabku dengan tenang. "Aku tidak ingin dinikahkan demi merger." Wajah Ayah mengeras. "Lalu kamu ingin menjatuhkan reputasi keluarga kita karena jatuh cinta pada pegawai biasa?"

Aku berdiri. "Kalau itu artinya, aku harus kehilangan jabatan ini demi hatiku... maka aku siap. Tapi jangan pernah anggap cinta itu kelemahan, Ayah. Karena tanpa cinta, bahkan perusahaan sebesar ini pun tak akan berarti apa-apa."Aku keluar ruangan tanpa menoleh. Langkahku gemetar, tapi hatiku... mulai mantap.

Bab 4: Orang Ketiga yang Tak Diundang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun