Aku keluar dari lift tanpa menjawab. Kepalaku penuh. Hati semakin bingung. Namun satu hal jelas posisi Ye Tian di perusahaan semakin terancam. Dan aku, sebagai direktur muda, harus memilih: bertahan melawan arus... atau mengikuti jalur yang sudah ditentukan oleh Ayahku dan dunia ini.
Sore hari, di rooftop kantor, Aku dan Ye Tian berdiri menghadap angin sore. Senja menggantung, merah muda bercampur oranye. Indah... dan pahit. “Mulai minggu depan, aku dipindahkan ke cabang Ning Corp di Suzhou,” katanya. “Jika aku menolak, kontrakku akan diputus.”
Aku menatapnya lama. “Kamu akan pergi?”
“Untuk sementara. Aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya. Aku tidak ingin kamu kehilangan segalanya karena aku.”
Aku menggenggam tangannya. “Aku tidak peduli kehilangan jabatan. Tapi aku tidak mau kehilangan kamu.” Dia tersenyum sedih. “Kita akan bertahan, Ning Yi. Bahkan jika dunia ini tidak menginginkan kita bersama.”
BAGIAN 2 BERAKHIR
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI