Kamu ingin tahu bagaimana bercerita nyata , yang menyakitkan ataupun menahan malu?
Jangan pernah berfikir orang akan menolehkan kepala, menengokmu ataupun menyentuh pundakmu.
Karena mereka tecipta untuk melihat kebahagiaan dan kenikmatan semata.
Duniamu adalah apa yang bisa kamu tata, jangan pedulikan bentuk dan warnanya.
Menarilah dalam genggaman ucapan di hati, Illahi yang akan melihatmu nanti.
Bersenandunglah dalam kalam suci , boleh sendiri ataupun sunyi dalam ramai, manusiawi.
Menangislah di ujung sajadah , tumpahkan masalah, hanya di lingkaran itu, jangan menyerah.
Hitunglah dzikirmu , saat jelang tidur, di jalan, bekerja atau beramai-ramai, cukupkan atau banyakkan.
Tidak ada manusia yang sanggup rengkuhmu, meskipun orang yang paling kau cinta .
Semua kau siapkan sendiri, untuk dunia, jelang mati dan hari perhitungann nanti.
Puaskan diri untuk memberi maaf, baik yang meminta ataupun tidak.
Bebaskan diri dalam damai untuk secukupnya dari dunia, lepas keterikatan.
Biarkan orang menilaimu seperti apa, asal kebaikan yang kau tuju, dan Dia Maha Tahu.
Biarkan manusia berlomba dalam benda dan pujian, kamu sudah tak butuh dan tak perlu.
Karena berkelimpahan telah Dia berikan untukmu.
Karena semua ujian dan cobaan telah berhasil melewatkanmu, manusia utuh.
Kalau suatu saat kau bertemu denganku , katakan kita pernah bersua dengan guru makrifat.
Yang bimbing kita meski dia tak lagi ada di dunia.
Yang menali kebebasan kita agar hindari yang bejat.
Yang meminta kita lestarikan ketaatan hanya padaNya.
Bertemulah denganku saat kamu telah berdamai dengan dunia.
Dan persiapkan bekal untuk hari-harimu yang panjang, tak terbilang.
Kita akan menangis karena cinta kita kepadaNya teramat besar.
Atau menyesal karena sejenak lupa , sesaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI