Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis

Gemar membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

[Novel] Musamus Tubuh Kecil Jiwa Besar, Episode 83-84

10 Oktober 2025   04:15 Diperbarui: 9 Oktober 2025   18:16 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mereka menyerah?" tanyanya lirih kepada Luma.

Luma mengangguk pelan. "Mungkin... mereka hanya ingin merasa aman."

"Tapi... rumah ini untuk semua. Bukankah mereka bagian dari kita?"

"Ya. Tapi tidak semua hati bisa terus percaya, Lere. Beberapa lebih memilih kenangan yang nyaman daripada harapan yang belum pasti."

Musamus menghela napas. Ia tahu benar bahwa memimpin bukan berarti memaksa. Ia tak bisa menahan mereka yang ingin pergi. Bahkan tanah rawa pun tak pernah memaksa air untuk tinggal. Ia hanya mengalirkan, membiarkan, dan menunggu siapa yang akan kembali dengan sungguh.

Langkah kaki mereka menjauh, pelan, menyisakan jejak kecil di lumpur yang akan hilang saat malam datang.

Dari sisi lain koloni, Rangga menghampiri Musamus. "Apa kau ingin aku memanggil mereka kembali?"

Musamus menggeleng.

"Tidak. Biarkan. Mereka bukan pengkhianat. Mereka hanya... lelah."

Rangga menatapnya dalam. "Tapi semangat para semut muda mulai goyah, Musamus. Kepergian itu... menyebarkan keraguan. Mereka bertanya, apakah rumah ini benar-benar akan selesai?"

Musamus menatap rawa yang diam. Ia tahu, rumah ini bukan sekadar bangunan lumpur. Ini lambang dari keyakinan bahwa yang kecil pun bisa bermakna besar. Tapi keyakinan, sebagaimana lumpur, kadang perlu diremas kembali agar mengeras dalam bentuk yang benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun