Dalam raut senja yang merangkak pelan,
Kusisipkan rindu pada desah angin senyap,
Menyusuri lembah hati yang tenang,
Bersama gema resah yang tak pernah padam,
Kau hadir, laksana lagu lama yang merayu,
Melebur lelah di ujung langkahku lemah,
Hening ini jadi saksi bisu cerita kita,
Dimana cinta masih selembut sutra yang terjalin.
Malam menjalin pakaian bintang berkilau,
Diam-diam membisikkan kisah asmara,
Rembulan pun turun dengan sinar perak,
Menari pelan di atas danau kenangan,
Tanganmu menggenggam sepotong bahagia,
Yang kugenggam erat di pelukan hati,
Seakan dunia berhenti berputar sebentar,
Memberi ruang bagi kita berdua bermimpi.
Rindu yang kusemai di taman jiwa,
Bersemi bunga-bunga cinta dari bisikmu,
Setiap daun menyimpan harap dan bisu,
Menyulam kata yang tak terucap namun terasa,
Kau seperti angin yang lembut menyentuh,
Membelai lembah hatiku tanpa suara,
Mengalir tenang, mengusir segala sepi,
Menjadi alunan sejati dalam hidupku.
Layar waktu mengembang membawa kita terbang,
Menyisir lautan masa dengan harapan bersilang,
Kau dan aku, dua jiwa menjadi saksi,
Bahwa cinta itu ada dalam setiap detik sepi,
Di balik jejak langkah yang penuh cerita,
Ada hangatnya dedaunan musim gugur,
Merekam sayap yang siap terbang bersama,
Menuju horizon yang luas tanpa batas.
Bila hujan datang membawa tangis bumi,
Kita berpelukan dalam hujan yang menari,
Setiap tetesnya adalah doa yang suci,
Mencuci hati dari gelisah yang hampa,
Kau adalah pelangi setelah badai berlalu,
Warna-warni hidup yang menyapa pagi,
Tubuhmu menjadi pelindung dalam dingin,
Menjaga api cinta tetap membara dalam kalbu.
Dalam bisu, kutulis namamu di awan,
Lewat angin yang berhembus merayap ke sanubari,
Kau bagai lagu lama yang tak pernah usang,
Menyentuh lembut setiap rongga harapku,
Bersama kita menjahit mimpi jadi nyata,
Dalam pelukan waktu yang tak selamanya,
Aku belajar merangkai kata dan rindu,
Mengirim pesona kasih yang abadi di hati.
Jika dunia senyap dan bintang tak bercerita,
Hatiku masih berdetak memanggil namamu,
Mengingat kehangatan dalam dekapan kecil,
Yang menyimpan asmara tanpa batas dan waktu,
Kau hadir sebagai cahaya di lorong gelap,
Mengubah sepi menjadi kisah yang indah,
Semua janji yang pernah terucap lirih,
Menjadi doa abadi dalam aliran jiwa ini.
Kala mentari mengintip malu di balik awan,
Kita menari perlahan di bawah sinarnya hangat,
Langkah kaki menorehkan jejak cinta kita,
Seolah dunia berdetak hanya untuk kita,
Aku dan kamu, dua hatinya dikanyut rasa,
Berlayar di atas samudra penuh suka duka,
Takkan pernah lelah menunggu waktu yang tepat,
Untuk memetik bintang dari angkasa harapan.
Di tiap helaan napas yang kita pancarkan,
Ada getar lembut yang mengisi ruang malam,
Mengukir kisah tanpa kata namun penuh makna,
Kau dan aku dalam satu alunan asmara,
Menyatu dalam diam yang penuh arti,
Menganyam masa depan dari seutas janji,
Seperti embun pagi menyentuh dedaunan,
Mendinginkan hati yang lama berdebar sunyi.
Kisah ini takkan pudar oleh jarak dan waktu,
Karena cinta adalah akar yang kuat tertanam,
Di tanah hati yang subur penuh rindu,
Kau adalah bunga yang setia aku rawat,
Harummu menggoda jiwa yang merindu,
Menjadikan setiap detik penuh warna,
Aku percaya pada kekuatan cinta kita,
Meski dunia berubah, kau tetap di sana.
Saat bintang berkelip di langit luas gelap,
Kita menatap sambil berjanji setia,
Melewati badai, gelombang dan segala cobaan,
Dengan cinta yang tak pernah pudar,
Kau kepingan surga di bumi fana ini,
Kehadiranmu memberi makna di setiap langkah,
Aku dan kamu, melangkah seiring waktu,
Mencipta kenangan yang manis dan abadi.
Jika angin membelai desiran pada dedaunan,
Itu adalah bisikan cinta yang tersembunyi,
Mengenang senyum dan tatap penuh arti,
Dalam dekapan hangat yang tak terlupakan,
Kau cermin jiwa yang terus ku damba,
Menerangi malam saat gelisah melanda,
Kita satu dalam getar halus hati,
Menulis lirik rindu dalam lagu asmara.
Di bawah sinar bulan purnama yang putih,
Kita duduk menatap jauh ke cakrawala,
Membiarkan waktu mengalir pelan tanpa kata,
Cinta kita adalah melodi abadi,
Tak tergantikan oleh perjalanan panjang,
Dan setiap sentuhan adalah janji tersirat,
Kau adalah sahabat dan kekasih dalam satu,
Yang kubawa dalam doa dan asa.
Dalam setiap pelukan yang tertukar lembut,
Kau hadir membawa damai dan hangat,
Seperti bulan membawa malam dalam cahaya,
Menjadi saksi bisu perjalanan cinta,
Kisah kita terukir dalam bait-bait waktu,
Melewati musim dan pergantian hari,
Aku di sini, tetap setia menunggu,
Kau, kekasih abadi yang kutunggu.
Ketika pagi datang dengan sinarnya yang tenang,
Aku teringat wajahmu yang selalu cerah,
Menyemangati hati yang kadang terluka,
Seperti embun yang menyejukkan ladang gersang,
Kita berjalan bersama menembus kabut,
Dengan harapan yang tak pernah luntur,
Cinta ini adalah pelita jiwa,
Yang membimbing kita di jalan cinta nan suci.
Di ruang hening, dalam kedalaman jiwa,
Kita berbagi rasa tanpa sepatah kata,
Hanya mata yang berbicara dengan lembut,
Mengurai rindu hingga ke dasar hati,
Kau hadir bagai bintang yang menyinari malam,
Memberi arah ketika gelap semakin pekat,
Aku dan kamu, bersama dalam sunyi,
Menyulam cinta yang tak lekang oleh waktu.
Akhirnya waktu membawa kita berdua,
Dengan dekapan hangat dan senyum bahagia,
Kita menyulam cerita dalam waktu yang ada,
Mengukir cinta tanpa pernah lelah,
Kau adalah pelabuhan hatiku yang damai,
Tempatku berlabuh di tengah gelombang dunia,
Di bawah langit penuh bintang dan harapan,
Kita abadi dalam cerita cinta yang syahdu.
Dalam langkah terakhir yang kita rajut,
Terukir janji tanpa kata, penuh makna,
Kau dan aku, dalam ikatan suci ini,
Menjadi satu dalam keharmonisan hati,
Cinta kita abadi, meski waktu berlalu,
Dalam sunyi, dalam doa, dalam harap,
Aku mencintaimu dengan semua jiwa,
Selamanya, dalam rindu yang lembut dan abadi.
||Dalam Ruang Rindu Edelweys||Pelalan 11 Oktober 2025||
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI