Mohon tunggu...
Agustine Ranterapa
Agustine Ranterapa Mohon Tunggu... Guru

Aku seorang Guru SD. Tidak ada keajaiban dalam pekerjaanku. Aku tidak pernah berjalan diatas air dan aku juga tidak mampu membela lautan. Tetapi yang aku tahu, aku adalah seorang pemimpin pembelajaran yang mencintai anak-anak didikku. Karena menurutku seni tertinggi seorang guru adalah bagaimana ia menciptkan kegembiraan dalam ekspresi kreatif dan pengetahuan". Alhamdulillaah ditakdirkan menjadi seorang guru.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi || Melodi Senja Dalam Dekapan Rindu

11 Oktober 2025   16:49 Diperbarui: 11 Oktober 2025   16:49 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Infinity Mindset

Saat bintang berkelip di langit luas gelap,
Kita menatap sambil berjanji setia,
Melewati badai, gelombang dan segala cobaan,
Dengan cinta yang tak pernah pudar,
Kau kepingan surga di bumi fana ini,
Kehadiranmu memberi makna di setiap langkah,
Aku dan kamu, melangkah seiring waktu,
Mencipta kenangan yang manis dan abadi.

Jika angin membelai desiran pada dedaunan,
Itu adalah bisikan cinta yang tersembunyi,
Mengenang senyum dan tatap penuh arti,
Dalam dekapan hangat yang tak terlupakan,
Kau cermin jiwa yang terus ku damba,
Menerangi malam saat gelisah melanda,
Kita satu dalam getar halus hati,
Menulis lirik rindu dalam lagu asmara.

Di bawah sinar bulan purnama yang putih,
Kita duduk menatap jauh ke cakrawala,
Membiarkan waktu mengalir pelan tanpa kata,
Cinta kita adalah melodi abadi,
Tak tergantikan oleh perjalanan panjang,
Dan setiap sentuhan adalah janji tersirat,
Kau adalah sahabat dan kekasih dalam satu,
Yang kubawa dalam doa dan asa.

Dalam setiap pelukan yang tertukar lembut,
Kau hadir membawa damai dan hangat,
Seperti bulan membawa malam dalam cahaya,
Menjadi saksi bisu perjalanan cinta,
Kisah kita terukir dalam bait-bait waktu,
Melewati musim dan pergantian hari,
Aku di sini, tetap setia menunggu,
Kau, kekasih abadi yang kutunggu.

Ketika pagi datang dengan sinarnya yang tenang,
Aku teringat wajahmu yang selalu cerah,
Menyemangati hati yang kadang terluka,
Seperti embun yang menyejukkan ladang gersang,
Kita berjalan bersama menembus kabut,
Dengan harapan yang tak pernah luntur,
Cinta ini adalah pelita jiwa,
Yang membimbing kita di jalan cinta nan suci.

Di ruang hening, dalam kedalaman jiwa,
Kita berbagi rasa tanpa sepatah kata,
Hanya mata yang berbicara dengan lembut,
Mengurai rindu hingga ke dasar hati,
Kau hadir bagai bintang yang menyinari malam,
Memberi arah ketika gelap semakin pekat,
Aku dan kamu, bersama dalam sunyi,
Menyulam cinta yang tak lekang oleh waktu.

Akhirnya waktu membawa kita berdua,
Dengan dekapan hangat dan senyum bahagia,
Kita menyulam cerita dalam waktu yang ada,
Mengukir cinta tanpa pernah lelah,
Kau adalah pelabuhan hatiku yang damai,
Tempatku berlabuh di tengah gelombang dunia,
Di bawah langit penuh bintang dan harapan,
Kita abadi dalam cerita cinta yang syahdu.

Dalam langkah terakhir yang kita rajut,
Terukir janji tanpa kata, penuh makna,
Kau dan aku, dalam ikatan suci ini,
Menjadi satu dalam keharmonisan hati,
Cinta kita abadi, meski waktu berlalu,
Dalam sunyi, dalam doa, dalam harap,
Aku mencintaimu dengan semua jiwa,
Selamanya, dalam rindu yang lembut dan abadi.

||Dalam Ruang Rindu Edelweys||Pelalan 11 Oktober 2025||

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun