Mohon tunggu...
Agustine Ranterapa
Agustine Ranterapa Mohon Tunggu... Guru

Aku seorang Guru SD. Tidak ada keajaiban dalam pekerjaanku. Aku tidak pernah berjalan diatas air dan aku juga tidak mampu membela lautan. Tetapi yang aku tahu, aku adalah seorang pemimpin pembelajaran yang mencintai anak-anak didikku. Karena menurutku seni tertinggi seorang guru adalah bagaimana ia menciptkan kegembiraan dalam ekspresi kreatif dan pengetahuan". Alhamdulillaah ditakdirkan menjadi seorang guru.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi || Melodi Senja Dalam Dekapan Rindu

11 Oktober 2025   16:49 Diperbarui: 11 Oktober 2025   16:49 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam raut senja yang merangkak pelan,
Kusisipkan rindu pada desah angin senyap,
Menyusuri lembah hati yang tenang,
Bersama gema resah yang tak pernah padam,
Kau hadir, laksana lagu lama yang merayu,
Melebur lelah di ujung langkahku lemah,
Hening ini jadi saksi bisu cerita kita,
Dimana cinta masih selembut sutra yang terjalin.

Malam menjalin pakaian bintang berkilau,
Diam-diam membisikkan kisah asmara,
Rembulan pun turun dengan sinar perak,
Menari pelan di atas danau kenangan,
Tanganmu menggenggam sepotong bahagia,
Yang kugenggam erat di pelukan hati,
Seakan dunia berhenti berputar sebentar,
Memberi ruang bagi kita berdua bermimpi.

Rindu yang kusemai di taman jiwa,
Bersemi bunga-bunga cinta dari bisikmu,
Setiap daun menyimpan harap dan bisu,
Menyulam kata yang tak terucap namun terasa,
Kau seperti angin yang lembut menyentuh,
Membelai lembah hatiku tanpa suara,
Mengalir tenang, mengusir segala sepi,
Menjadi alunan sejati dalam hidupku.

Layar waktu mengembang membawa kita terbang,
Menyisir lautan masa dengan harapan bersilang,
Kau dan aku, dua jiwa menjadi saksi,
Bahwa cinta itu ada dalam setiap detik sepi,
Di balik jejak langkah yang penuh cerita,
Ada hangatnya dedaunan musim gugur,
Merekam sayap yang siap terbang bersama,
Menuju horizon yang luas tanpa batas.

Bila hujan datang membawa tangis bumi,
Kita berpelukan dalam hujan yang menari,
Setiap tetesnya adalah doa yang suci,
Mencuci hati dari gelisah yang hampa,
Kau adalah pelangi setelah badai berlalu,
Warna-warni hidup yang menyapa pagi,
Tubuhmu menjadi pelindung dalam dingin,
Menjaga api cinta tetap membara dalam kalbu.

Dalam bisu, kutulis namamu di awan,
Lewat angin yang berhembus merayap ke sanubari,
Kau bagai lagu lama yang tak pernah usang,
Menyentuh lembut setiap rongga harapku,
Bersama kita menjahit mimpi jadi nyata,
Dalam pelukan waktu yang tak selamanya,
Aku belajar merangkai kata dan rindu,
Mengirim pesona kasih yang abadi di hati.

Jika dunia senyap dan bintang tak bercerita,
Hatiku masih berdetak memanggil namamu,
Mengingat kehangatan dalam dekapan kecil,
Yang menyimpan asmara tanpa batas dan waktu,
Kau hadir sebagai cahaya di lorong gelap,
Mengubah sepi menjadi kisah yang indah,
Semua janji yang pernah terucap lirih,
Menjadi doa abadi dalam aliran jiwa ini.

Kala mentari mengintip malu di balik awan,
Kita menari perlahan di bawah sinarnya hangat,
Langkah kaki menorehkan jejak cinta kita,
Seolah dunia berdetak hanya untuk kita,
Aku dan kamu, dua hatinya dikanyut rasa,
Berlayar di atas samudra penuh suka duka,
Takkan pernah lelah menunggu waktu yang tepat,
Untuk memetik bintang dari angkasa harapan.

Di tiap helaan napas yang kita pancarkan,
Ada getar lembut yang mengisi ruang malam,
Mengukir kisah tanpa kata namun penuh makna,
Kau dan aku dalam satu alunan asmara,
Menyatu dalam diam yang penuh arti,
Menganyam masa depan dari seutas janji,
Seperti embun pagi menyentuh dedaunan,
Mendinginkan hati yang lama berdebar sunyi.

Kisah ini takkan pudar oleh jarak dan waktu,
Karena cinta adalah akar yang kuat tertanam,
Di tanah hati yang subur penuh rindu,
Kau adalah bunga yang setia aku rawat,
Harummu menggoda jiwa yang merindu,
Menjadikan setiap detik penuh warna,
Aku percaya pada kekuatan cinta kita,
Meski dunia berubah, kau tetap di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun