Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sahabatku Berjuang Melawan Kanker

15 Februari 2023   05:27 Diperbarui: 13 April 2023   13:35 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di bawah pohon kamboja inilah sahabatku dimakamkan. Dokpri

Hingga pada akhirnya chatku ada balasan,

"Tubuhku semakin lemas, leherku serasa terbakar. Untuk menelan saja sakit luar biasa. Semua makananku harus berwujud cair. Semua harus dijus. Tak terkecuali nasi. Aku tidak bisa menikmati tidur. Terkadang menjelang pukul 04.00 pagi hari aku bisa terpejam, itu pun tidak lama. 

Itu yang aku rasakan setiap hari, Mas. Setelah operasi saya pikir, akhir dari perjalanku ke Surabaya, ternyata TIDAK! Aku harus disinar untuk membunuh sel-sel kanker yang ada. 30-an kali aku harus disinar. Awalnya tidak apa-apa. Namun, lama kelamaan leherku seperti terbakar. Kulit kering bersisik. Emosiku labil, gairah hidup seakan semakin pudar. Nafsu makan menghilang. Penderitaan ini membuat semangatku luntur"

Aku tertegun, ada rasa prihatin yang dalam. Ingin rasanya menjenguk dan bersenda gurau hanya untuk sekadar menghiburnya. Namun, dirinya menolak dengan halus dan hanya ingin didoakan.

"Terima kasih banyak, aku senang ada yang jenguk, tapi aku akan menderita saat teman-teman ikutan berduka melihat kondisiku sekarang. Selain itu, imun tubuhku sangat rendah, Mas. Maaf!

 Beberapa kali aku Covid. Aku tidak mau seperti itu. Doa sampean dan dari sahabat lainnya, lebih dari cukup saat aku seperti ini. 

Aku tidak seperti dulu lagi. Saya yakin dirimu akan sedih jika melihatku. Ucapanku cedal tidak sempurna, wajahku tidak seperti 4 bulan lalu. Saat terakhir bersua di kantor. Aku orang yang berbeda. Aku berbeda, Mas.

Aku tidak lagi bisa berbicara secara normal. Lidahku sebagian dipotong untuk menghilangkan kanker yang merambat. Aku kehilangan pelafalan beberapa huruf. 

Kadang aku tak sanggup membayangkan jika harus kembali bertemu dengan teman lainnya. Apakah mereka akan menertawakanku? Aku guru Mas, suara adalah modalku. Apa yang Mas lakukan jika jadi aku?" Ada nada protes kuat pada dirinya.

Lalu dia mengirim foto terbarunya. Tubuhnya terlihat kurus. Aku tidak mampu menjawabnya. Aku tak kuasa menyeka air mata yang tiba-tiba menetes. 

Aku mengamati daun jatuh yang diterpa angin, aku merasa ada hembusan angin yang menerpa wajah. Rasa dingin yang lebih dingin dari biasanya.

Ingatanku membayangkan dirinya mampu bergerak ke sana ke mari dengan aktivitas yang padat. Aku juga selalu ingat kebaikannya. Sahabat yang sering bertukar pikiran. Sahabat yang selalu murah senyum dan ringan tangan membantu rekan-rekannya. Dirinya pribadi yang supel dan hangat.

"Bobotku terus turun, tak kuasa lagi aku mengerem penurunan ini. Kalau malam aku sering down, semangat hidupku hilang. Apa aku sanggup untuk hidup? Aku tidak kuat merasakan sakit yang intens sepanjang waktu. Aku lelah, Mas! 

Namun, anakku, suamiku, ibuku, bapakku dan sahabat yang selalu mendukungku adalah pendorong untuk selalu kuat dan tabah. Aku ingin katakan: aku tidak kuat sebenarnya. Tapi aku harus kuat. Aku harus kuat!

Kapan matahari muncul dan tenggelam, aku tidak tahu. Entah ini hari apa atau tanggal berapa. Aku abai tentang itu. Seolah waktu bergerak sangat lambat. Berhenti untuk menghukumku.

Sakit di tubuh ini mengalihkan kenikmatan banyak hal. Bahkan untuk tidur menjadi siksaan tersendiri. Bayangkan; tidur dan makan, sudah bukan lagi hal terindah dalam hidup.

Aku merasa waktuku bergerak mundur, hanya menghitung waktu, Mas. Kelak jika aku pergi, jangan lupa setiap sholat kirimi aku fatihah ya. Biar aku tenang"

Aku sedih mendengar ceritanya. Aku hanya berdoa semoga ada keajaiban agar dirinya mampu bertahan dan bisa sehat dan pulih kembali. Sebuah keajaiban itu ada. Ketidakmungkinan selalu muncul, tidak terprediksi. Aku meyakini itu. Aku membuang jauh-jauh kepesimisan tentang kanker.

Aku sangat berharap melihatnya bersama dengan anak-anaknya dan suaminya main ke kantor lagi. Berbagi cerita bagaimana menangani anak-anak saat belajar atau cerita tentang banyak hal. Yang mengundang tawa maupun hura hara.

September 2022 

"Mas, aku batuk tak kunjung reda. Hampir tak berjeda. Aku terkadang sesak nafas hebat. Aku tidak tahu ini apa. Apakah alergi dingin, atau alergi debu. Aku rasa tidak. 

Kesakitan yang luar biasa saya alami setiap waktu. Ibu selalu memberiku air jahe untuk meredakan batuk. Tapi tak ada perubahan. 

Aku mengisolasi diri di rumah. Menghindari anak-anak. Aku kangen tapi tidak mau menulari anak-anak. Sakitku bertambah, mungkin Allah sayang sama aku, Mas. Aku sedang dibersihkan" 

Oktober 2022

"Kanker telah merambat ke paruku. Paruku yang berkabut, ternyata itu kanker. Belum selesai yang satu. Muncul yang lain. Aku ingin nyerah, Mas. Aku tak berdaya dengan ini semua. Sekali lagi, jika ini takdirku jangan lupa ingat aku. Maaf jika ada salah dariku selama ini".

Desember 2022

"Untuk berdiri saja aku tak sanggup, Mas. Aku beraktivitas harus menggunakan kursi roda. Rasanya sakit sekali tubuh ini. Sakitnya di mana? Aku bingung menjawabnya. Ini sakit semua. 

Aku kasihan dengan suamiku. Dengan telaten dia merawatku, dan memberi nasehat untuk selalu yakin dengan kesembuhan. Aku merasa bersalah dengan anak-anak. Aku tidak bisa lagi menopang kesehariannya. Aku mencintai penuh suami dan anak-anakku. Mereka adalah surgaku. Surgaku! Tapi aku sudah tidak kuat menjalani ini semua"

Aku membalas dengan emoticon nangis. Aku tak mampu membuat narasi untuk menghiburnya. Aku mengakhiri chat hari itu dengan pikiran ke mana-mana. "Tetaplah kuat nggih, Mbak. Lihat anak-anak. Semoga Gusti Allah memberi kesembuhan segera. Amin"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun