Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bumi Macam Apa yang akan Kita Wariskan buat Anak Cucu Kita?

7 Oktober 2021   07:50 Diperbarui: 7 Oktober 2021   07:54 1040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah manusia merasa terhina jika disamakan dengan lebah? dari sinilah dibutuhkan kesadaran, hakekat keberadaan di ekosistem. Manusia harus menerima sebuah fakta sains yang bisa merubah persepsi posisinya di ekosistem.

"Bahwa jika saja semut yang ada di dunia ini punah maka manusia akan mengikuti punah. Namun, jika manusia di Bumi ini punah, maka, alam akan lebih lestari. Spesies lain akan merayakan dengan suka cita".

Apakah manusia istimewa bagi Bumi? Ataukah Bumi yang istimewa bagi manusia? Apakah manusia membawa berkah keberadaannya bagi spesies lainnya? Silakan dijawab sendiri.

Menyelamatkan bumi adalah tanggung jawab manusia. Karena persoalan lingkungan yang saat ini melanda; hasil karya dari peradaban manusia, Peradaban yang dikatakan maju inilah yang menjadi malapetaka bagi Bumi dan isinya.

Jika sudut pandang sudah diubah, maka tindakan riil ditingkat individual harus dilakukan. Sebagai upaya untuk menjaga, agar Bumi tetap lestari. Beberapa tindakan yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:

Pertama: Manusia harus "memuliakan" pohon. Pohon adalah mesin pembersih CO2. Jika memakan buah, sisihkan bijinya. Tanam di polibag. Hal itu tidak susah, tidak memerlukan lahan yang luas, juga berbiaya murah.

Di mana pun saat memakan buah yang ada bijinya, cobalah membiasakan untuk membawa pulang biji tersebut. Hilangkan gengsi, itu bukan tindakan hina. Tindakan kecil bisa saja menginspirasi lainnya. Tunjukkan kita melakukan hal itu. Jangan malah disembunyikan.

Selain bisa ditanam sendiri di kebun, bisa juga kita jadikan oleh-oleh untuk teman atau kerabat yang berkunjung ke rumah kita. Langkah ini sederhana namun berdampak besar. Semisal saat kita membeli satu durian saja. Di dalam durian itu ada sekitar 8 biji. Maka kita bisa menumbuhkan calon pohon durian sebanyak delapan batang. 

Contoh lagi saat makan buah sawo. Di dalam buah sawo ada lebih dari 15 biji. Berarti ada 15 batang pohon sawo pada masa depan. Tiga bulan setelah semai, biji tersebut sudah menjadi bibit tanaman yang siap di tanam. Posting di media sosial, tindakan kita. Ini kampanye untuk menunda kepunahan massal.

Kedua: Memberi makan kelelawar dan burung. Ini mungkin terdengar aneh. Namun sangat mudah kita lakukan. Tanamlah buah-buahan berbiji, semisal jambu biji, kersen, mangga atau kelengkeng. Saat berbuah sisakan untuk dikonsumsi kelelawar dan burung. Hewan tersebut akan membawa biji buah, untuk dijatuhkan di daerah lain, yang radiusnya bisa puluhan kilometer. Ini cara murah meriah dan efektif untuk penghijauan lahan gersang secara alamiah.

Ketiga: Hemat bahan bakar fosil. Ke kantor dengan menggunakan kendaraan umum, atau kalau dekat bisa menggunakan transportasi sepeda. Gunakan listrik sehemat mungkin. Listrik yang kita pakai asalnya dari PLTU. Menggunakan batu bara yang pembakarannya meninggalkan jejak karbon di angkasa. Matikan lampu saat siang hari. Buka jendela biar udara bisa masuk, agar tidak perlu menyalakan AC lagi.

Keempat: Pilih makanan yang hemat energi dalam prosesnya. Daging merah yang tersaji di piring makan melalui proses yang panjang. Untuk menghasilkan satu kilogram daging membutuhkan energi yang lebih besar. Maka  membatasi konsumsi daging adalah satu upaya untuk menekan pencemaran lingkungan. Kita bisa memprogram satu kali seminggu tidak mengonsumsi daging. Kalau berhasil, bisa ditambah jumlah harinya. Lakukan itu dengan konsisten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun