Mohon tunggu...
Syaiful Rahman
Syaiful Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Saya suka membaca dan menulis. Namun, lebih suka rebahan sambil gabut dengan handphone.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa yang Bisa Kita Berikan?

25 Maret 2024   08:52 Diperbarui: 25 Maret 2024   09:17 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: www.pexels.com

Pada suatu hari saya membaca sebuah buku. Di sana dijelaskan bahwa janganlah kita terlalu bangga terhadap pujian. Sebab segala kebaikan yang kita lakukan sejatinya bersumber dari Tuhan, bukan murni dari kita sendiri.

Mungkin kita pernah merasa berbuat baik, namun bila kita renungi, perbuatan baik kita sejatinya berkat anugerah dari Tuhan. Kita tak punya daya dan upaya apa pun kecuali atas izin-Nya. Laa hawla wa laa quwwata illah billah.

Seluruh yang ada pada diri kita, baik fisik maupun nonfisik tiada lain kecuali anugerah dari Tuhan. Sejak kita lahir, kita tidak menciptakan apa pun terhadap diri kita. Mata, telinga, tangan, kaki, mulut, hidung, dan semua hal yang ada adalah pemberian dari Tuhan. Semua adalah given.

Demikian pula harta dan tahta yang kita miliki. Sebenarnya semua adalah anugerah Tuhan semata. Kita tak memiliki kemampuan mengendalikan sepenuhnya. Semua datang dan pergi atas kehendak-Nya.

Ketika saya masih duduk di bangku sarjana, saya mempelajari sejarah pemikiran ekonomi. Mayoritas ekonom bukanlah orang kaya. Padahal mungkin secara logika, seharusnya dengan ilmu yang dimiliki, mereka bisa dengan mudah meraih kekayaan dan kekuasaan.

Sebaliknya, dalam realitas kehidupan, kita bisa melihat betapa banyak orang yang hidup kaya dan bekelimpahan. Padahal kalau diukur dari strata pendidikannya, mereka hanya lulusan sekolah dasar atau menengah. Bahkan sebagian tidak memiliki ijazah.

Demikian pula jika kita melihat orang-orang yang berkuasa. Sebut saja para pemimpin negeri ini. Mayoritas pemimpin negeri ini bukanlah mereka yang berpendidikan strata tiga atau bergelar guru besar. Tidak jarang di antara mereka hanya lulusan sarjana atau magister.

Oleh karena itu, kalaupun kita melakukan kebaikan, tentu fasilitas, bahkan kemampuan dan niat itu berkat anugerah dari Tuhan. Ketika kita sedekah, misalnya, rezeki yang kita berikan, anggota badan yang kita gunakan, dan pikiran atau akal yang kita pakai, semua adalah anugerah dari Tuhan. Jika demikian, apa yang bisa kita banggakan?

Jadi, sebenarnya kita tidak memiliki apa pun untuk diberikan. Kita tidak memiliki apa pun untuk melakukan kebaikan. Apa yang kita lakukan, tiada lain adalah upaya menjalankan amanah-Nya semata.

Kita dianugerahi hidup untuk beribadah maka kita pun beribadah. Kita dianugerah anggota badan untuk digunakan melakukan amal saleh maka kita pun beramal saleh dengan fasilitas itu. Kita dianugerahi rezeki, sebagian untuk disedekahkan, maka kita pun bersedekah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun