Design Thinking membantu kita untuk:
* Memahami peserta secara mendalam. Bukan hanya jabatan atau usia, tapi juga motivasi, emosi, dan tantangan nyata mereka.
* Merancang solusi yang human-centric. Pelatihan tidak berhenti di teori, melainkan relevan dengan konteks kerja peserta.
* Menguji dan menyempurnakan secara iteratif. Training selalu bisa diperbaiki, bukan produk sekali jadi.
Prinsip 3E: Pondasi Praktis Design Thinking
Untuk mempermudah, ada tiga prinsip utama yang bisa langsung dipakai dalam dunia pelatihan:
1. Empathy -Â pahami peserta lewat observasi, wawancara, atau sekadar mendengarkan cerita mereka sebelum training.
2. Expansive Thinking - gali banyak ide kegiatan atau metode belajar, jangan buru-buru memilih satu cara.
3. Experiment - uji coba modul, games, atau aktivitas dalam skala kecil, lalu kumpulkan feedback untuk perbaikan.
Bayangkan Anda ingin membuat program leadership training. Dengan empati, Anda menemukan bahwa peserta lebih butuh belajar komunikasi daripada teori kepemimpinan. Dari situ, ide-ide baru muncul, misalnya simulasi percakapan sulit dengan tim. Lalu, Anda uji dulu di kelompok kecil sebelum dipakai ke kelas besar.
Lima Tahap Design Thinking untuk Training & Development
Berikut alur praktis yang bisa dipakai saat merancang program pelatihan:
1. Empathize - Memahami Peserta
Lakukan needs assessment dengan cara yang lebih humanis: wawancara singkat, survei sederhana, atau sesi ngobrol santai. Cari tahu apa yang mereka pikirkan, rasakan, dan alami di pekerjaan.
2. Define - Merumuskan Masalah
Jangan berhenti di permintaan klien "butuh training komunikasi." Gali lebih dalam, mungkin masalah aslinya adalah rendahnya kepercayaan diri dalam menyampaikan ide.
3. Ideate - Mengembangkan Solusi
Ajak tim trainer brainstorming. Buat daftar berbagai metode: role play, studi kasus, diskusi kelompok, hingga gamifikasi. Biarkan ide mengalir dulu, baru pilih yang paling relevan.
4. Prototype - Membuat Konsep Awal
Susun mini-sesi atau mock-up modul. Misalnya, coba jalankan satu role play selama 20 menit untuk melihat bagaimana peserta bereaksi.
5. Test - Uji Coba dan Iterasi
Laksanakan versi kecil training, kumpulkan feedback, lalu perbaiki. Ingat: training bukan produk sekali jadi, melainkan proses berulang yang terus ditingkatkan.
Tools Praktis yang Bisa Dicoba Trainer
Untuk memudahkan, berikut tujuh tools yang bisa Anda gunakan dalam merancang program pelatihan berbasis Design Thinking:
1. Persona Mapping - buat profil peserta lengkap dengan kebutuhan, motivasi, dan tantangan.
2. Empathy Map - petakan apa yang peserta pikirkan, rasakan, dengar, lihat, dan lakukan.
3. Customer Journey Mapping - lihat perjalanan peserta dari awal hingga akhir pelatihan, cari momen penting atau hambatan.
4. Brainstorming Techniques - gunakan metode seperti brainwriting atau SCAMPER untuk memperkaya ide kegiatan pelatihan.
5. Prototyping Tools - rancang simulasi modul atau aktivitas training kecil-kecilan untuk diuji.
6. Feedback Loop - sediakan mekanisme umpan balik cepat, misalnya post-it, polling, atau aplikasi digital.
7. Iteration Tracker - catat perubahan dan pembaruan agar proses perbaikan training lebih terarah.