Maka, ketika publik melontarkan usulan ini, jangan buru-buru ditertawakan. Ia adalah suara frustrasi sekaligus alarm keras: kualitas DPR harus dibenahi. Entah melalui reformasi rekrutmen partai, peningkatan pendidikan politik, atau mekanisme seleksi yang lebih ketat, rakyat ingin melihat dewan yang benar-benar menjadi representasi mereka, bukan sekadar bayangan partai.
Lebih dari Sekadar Gelar dan Skor
Usulan agar anggota DPR minimal berpendidikan S2 dan punya TOEFL 500 memang masih sebatas wacana warganet. Tidak ada tokoh politik yang mendukungnya secara resmi. Tidak ada rancangan undang-undang yang membahasnya. Tapi jangan salah: di balik satir itu ada harapan serius.
Rakyat sedang berkata: "Kami ingin DPR yang berkualitas, profesional, dan mampu berdialog dengan zaman."
Mungkin jalan menuju sana bukan sekadar menambah syarat akademis. Tapi tanpa adanya standar kualitas baru, sulit berharap DPR bisa keluar dari lingkaran ketidakpercayaan rakyat.
Pertanyaannya tinggal satu: beranikah DPR mendengar suara rakyat, sebelum suara itu berubah menjadi gelombang yang lebih besar dari sekadar usulan TOEFL dan gelar S2?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI