4. Berani autentik. Jangan takut berbeda. Jangan takut untuk menunjukkan suara dan gaya penulisan yang unik. Inilah yang membedakan tulisan yang "dilihat", dengan tulisan yang "dirasakan".
Ketika Ruh Penulis Bertemu dengan Ruh PembacaÂ
Ada momen magis yang sulit dijelaskan dengan logika, yaitu ketika ruh penulis bertemu dengan ruh pembaca. Di titik itulah, tulisan kita diangkat ke level yang lebih tinggi, bahkan tanpa kita mengejar pengakuan atau label Artikel Utama sekalipun. Itulah yang disebut dengan meninggalkan jejak makna di hati manusia.Â
Saya sendiri pernah mengalaminya.Â
Entah tulisan mana yang pernah saya buat, hingga mampu menyentuh hati dua laki-laki dari kota metropolitan yang hampir mengakhiri hidup mereka.Â
Di dua waktu yang berbeda, mereka menghubungi saya dengan ungkapan yang berbeda pula. Keduanya hanya mengucapkan terima kasih, lalu menghilang tanpa jejak saat saya mencoba menghubungi mereka kembali.Â
Saya terdiam.
Terharu.
Dan begitu bersyukur.Â
Tanpa saya sadari, tulisan sederhana yang lahir dari hati mampu menyelamatkan dua nyawa yang hampir menyerah pada kehidupan.Â
Inilah esensi menulis yang sesungguhnya. Bukan tentang mengejar validasi eksternal, bukan tentang popularitas, apalagi sekadar viral. Menulis adalah tentang berbagi rasa, membangun koneksi emosional, dan memberikan energi yang bisa menggerakkan hati pembaca.Â
Ketika kita menulis dengan hati, pengakuan akan datang sebagai efek samping dari kualitas yang kita bangun.Â
Jadi, mari terus menulis. Bukan untuk Artikel Utama, bukan untuk pujian, tapi untuk meninggalkan jejak makna di hati manusia. Karena pada akhirnya, tulisan yang ditulis dengan hati akan selalu menemukan pembacanya sendiri.