Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dalam Sejarah Diri

11 Mei 2024   12:12 Diperbarui: 11 Mei 2024   13:11 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Judul: Malam dalam Sejarah Diri

1. Sebuah Puisi Tentang Kedalaman Diri

Secarik tinta air mata
Ku curahkan kedalam pena
Tuk bilas luapan rasa dalam dada
Sekali lagi ini tentang kerinduan tanpa jeda.

Lebih baik ditampar membuatnya sadar,
Dari pada dibelai membuatnya lalai.
Ada secerca lubang cahaya pagi
Dengan kucuran darah pergulatan waktu
Yang menghimpit bertahan bernafas
Pada hembusan doanya.

Malam menjadi buku sejarah diri,
Setiap kata terukir dengan penuh makna.
Lewat gelap, kita temukan cahaya,
Di antara kegelapan, kita temukan arti.

Teruslah menulis, teruslah merangkai,
Kisah-kisah yang terukir di malam yang sunyi.


2. Judul: Kanvas Sejarah Diri

Sebuah Puisi

Secarik tinta air mata,
Ku curahkan kedalam pena.
Tuk bilas luapan rasa dalam dada,
Sekali lagi ini tentang kerinduan tanpa jeda.

Lebih baik ditampar membuatnya sadar,
Dari pada di belai membuatnya lalai.
Ada secerca lubang cahaya mentari,
Derasnya keringat dengan kucuran darah.

Pergulatan roda waktu yang tak usai di telan usia,
Yang menghimpit bertahan bernafas pada hembusan doanya.
Direkam embun yang melilit kemalasan,
Bangkit menerobos kaburnya yang tebal menghalangi masa depan.

3. Judul: Jejak Terik Sejarah Diri

Puisi untuk Sebuah Buku Siang

Secarik tinta air mata,
Ku curahkan dalam setiap goresan pena.
Tuk bilas luapan rasa dalam dada,
Kerinduan yang tak kenal jeda.

Lebih baik ditampar membuatnya sadar,
Daripada dielus membuatnya lalai.
Ada secerca lubang cahaya mentari,
Derasnya keringat bersama kucuran darah.

4. Judul: Catatan Senja dan Batas Cakrawala Sejarah Diri

Secarik Tinta Air Mata

Secarik tinta air mata,
Ku curahkan kedalam pena.
Tuk bilas luapan rasa dalam dada,
Sekali lagi, tentang kerinduan tanpa jeda.

Lebih baik ditampar membuatnya sadar,
Dari pada dibelai membuatnya lalai.
Ada secerca lubang cahaya mentari,
Sebelum tenggelam derasnya keringat.

Dengan kucuran darah pergulatan roda waktu,
Yang tak usai di telan usia yang menghimpit.
Bertahan bernafas pada hembusan doa,
Bangkit sebelum mentari tenggelam.

Di telan malam nan sepi,
Refleksi diri dan evaluasi diri.
Agar esok lebih baik,
Menjelang cakrawala baru yang mengemuka.

Pergulatan roda waktu yang tak pernah usai,
Ditelan usia yang terus menghimpit.
Namun, kita tetap bertahan,
Bernafas pada hembusan doa dan harapan.
Sebuah perjalanan tanpa jeda,
Menuju titik terang dalam kegelapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun