Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cabang Pohon Kering

13 Maret 2024   04:04 Diperbarui: 13 Maret 2024   04:07 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cabang Pohon Kering

Di ujung ranting yang kering,
Terlukis kisah pilu, tentang kehidupan yang terhenti.
Daunnya gugur, tak lagi menghiasi,
Hanya batang renta, yang tersisa di sini.


Pernahkah ia bersemi,
Dengan daun rimbun, dan bunga yang mewangi?
Menari diiringi angin, dan bermandikan cahaya mentari,
Menjadi saksi bisu, perjalanan waktu yang tak terhenti.

Di tengah hamparan yang sunyi,
Berdiri sebatang pohon kering.
Cabang-cabangnya gugur tak bernyawa,
Daun-daunnya telah pudar tak berseri.

Dulu, ia bersinar dengan kehidupan,
Menghijau dan menari dengan angin.
Namun kini, ia menjadi saksi bisu,
Akan masa lalu yang kini telah berlalu.

Di sekelilingnya, hijaunya masih membara,
Namun ia terpaku dalam kematian.
Tetapi di balik kerontokan dan kekeringan,
Tersimpan keindahan yang tak terlihat oleh mata.

Pohon kering, simbol dari keteguhan,
Meski kering, namun ia tetap tegar berdiri.
Menjadi penanda akan kehidupan yang sementara,
Dan kecantikan yang abadi dalam kebersamaan.

Di musim gugur, ia menunggu kebangkitan,
Ketika kehidupan akan kembali bersemi.
Pohon kering, engkau bukanlah kematian,
Tetapi awal dari kehidupan yang baru.
Namun kini, semuanya telah sirna,
Hanya kenangan indah, yang masih tersisa.
Batang kering itu, menjadi pengingat,
Bahwa kehidupan, tak selalu abadi dan sempurna.

Diajarkannya tentang keteguhan,
Berdiri tegak, meski diterpa badai dan rintangan.
Diajarkannya tentang keikhlasan,
Menerima kenyataan, dengan lapang dada dan kerendahan.

Cabang pohon kering itu,
Bukanlah akhir dari segalanya.
Dia adalah simbol, dari sebuah perjalanan,
Yang penuh dengan makna dan pembelajaran.

Di balik kegersangannya,
Tersimpan benih kehidupan yang baru.
Menunggu saat yang tepat,
Untuk kembali bersemi, dan tumbuh dengan subur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun