Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA

Bimantara:Dari nol belajar Menggali dari pengalaman pribadi yang menginspirasi untuk sesama:demah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pesta Demokrasi, Cinta dan Pertobatan (Sesal Diri)

13 Februari 2024   12:47 Diperbarui: 13 Februari 2024   12:58 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pesta Demokrasi, Cinta, dan Penyesalan

Di tengah gemuruh kehidupan, tiba saatnya pesta demokrasi,
Suara-suara rakyat bergema, menuntut keadilan dan persamaan.
Dalam sunyi suara hati, mereka menari di bilik suara,
Merayakan hak yang suci, memilih masa depan yang bersinar.

Namun di balik layar, terdengar getaran asmara,
Di sudut-sudut kota, cinta merayap di setiap sudut jalan.
Hati-hati yang terbuka, terbelenggu oleh rasa takut,
Namun cinta tetap bersemi, dalam persembahan hati yang tulus.

Saat langit mulai memudar, dan abu menggantikan warna,
Kita duduk dalam khidmat, merenungkan perjalanan hidup yang penuh warna.
Rabu Abu, mengingatkan akan kefanaan dunia,
Memohon ampunan, memohon petunjuk dalam bingkai kesederhanaan.

Bising sorak-sorai menggema di udara,
Bendera berkibar diiringi tarian bendera.
Rakyat berbondong-bondong menuju bilik suara,
Menentukan masa depan bangsa dengan suara.

Janji-janji manis terukir di bibir,
Visi dan misi dibentangkan di atas kertas.
Harapan rakyat terpatri di setiap coblosan,
Menanti pemimpin yang membawa perubahan.

Kasih sayang mewarnai dunia,
Bunga dan cokelat bertukar tangan.
Kata-kata cinta terukir di kartu ucapan,
Romantisme menyelimuti setiap insan.

Namun, di balik tawa dan kebahagiaan,
Tersimpan luka dan kesepian.
Bagi mereka yang tak memiliki kekasih,
Hari Valentine menjadi pengingat kesendirian.

Tanda salib abu menghiasi dahi,
Pengingat akan kefanaan manusia.
Masa Prapaskah dimulai dengan pertobatan,
Menyiapkan diri menyambut kebangkitan.

Puasa dan pantang menjadi komitmen,
Menundukkan hawa nafsu dan dosa.
Refleksi dan doa mengisi hari-hari,
Memperkuat iman dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Perpaduan yang Unik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun