Di sudut kamarku
Berderai air mataku
Menangisi lara hatiku
Yang tak kunjung reda
Kenangan kita masih membekas
Seperti pisau yang menusuk dadaku
Sakit dan perih yang tak tertahankan
Aku masih merindukanmu
Merindukan semua tentangmu
Merindukan saat-saat kita bersama
Yang tak akan pernah kulupakan
Aku ingin kau kembali
Menyempurnakan hidupku
Menjadi pasangan yang setia
Dalam suka dan duka
Namun aku tahu itu hanya mimpi
Kau telah pergi jauh
Meninggalkanku sendirian
Dengan lara hati yang tak kunjung sembuh
Aku hanya bisa bersabar
Menanti waktu yang tepat
Saat aku bisa melupakanmu
Dan mulai menata hidupku kembali
Namun sampai kapan pun
Aku akan selalu mencintaimu
Meski hanya dalam diam
Sebagai kenangan indah
Yang tak akan pernah kulupakan
Dalam sunyi malam, lara hati terkuak,
Seperti senja yang bersembunyi di balik awan.
Luka-luka tergores di lembaran hati,
Puisi lara merintih, merangkai ragu.
Hati yang penuh luka, seperti reruntuhan,
Mencari kesembuhan dalam pelukan waktu.
Kata-kata pilu terpahat dalam doa,
Lara hati meminta pada bulan yang redup.
Dalam diam, air mata menyusuri pipi,
Merangkai cerita pilu dalam senyum palsu.
Lara hati mencari pelukan kehangatan,
Di tengah hujan rindu yang tak berkesudahan.
Beban hati, seperti bebatuan berat,
Menyesaki ruang yang sepi dan sunyi.
Puisi lara melukiskan kepedihan,
Meratapi kisah cinta yang tak berujung.
Namun, di setiap lara, ada kekuatan,
Bunga semangat tumbuh di kegelapan.
Puisi lara hati, seperti pelangi di hujan,
Menyiratkan harapan dalam kepedihan.