Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bisa Saja Bukber Virtual, Asal Jangan Kebablasan

25 April 2021   19:00 Diperbarui: 25 April 2021   19:07 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namanya juga undangan berbuka, kebanyakan jam tiga sore dibuka registrasi peserta. Saya mengatur jam berangkat, satu atau dua jam mundur dari jam pendaftaran (mempertimbangkan lokasi acara).

Acara inti biasanya dimulai (sekira) jam lima, berakhir persis beberapa menit di detik-detik jelang bedug maghrib dikumandangkan.

Kompasianer, berbuka puasa di Hotel bergengsi di tengah Ibukota. Masalah menu berbuka jangan diragukan, nama-nama asing susah dieja berderet rapi di meja saji. 

Ada meja untuk makanan pembuka, berisi kolak, kurma, bubur sumsum , jajanan pasar dan lain sebagainya. Kemudian meja panjang untuk makanan utama, pilihan menunya banyak membuat saya bingung memilih. Satu lagi meja makanan penutup, biasanya ada puding dan atau buah-buahan.

Lain waktu acara diadakan di Cafe, menu disajikan tak seberagam menu hotel. Tetapi tetap saja menu istimewa disajikan, harga seporsinya bikin mikir berkali lipat kalau hendak membeli.

Bisa Saja Buber Virtual, Asal Jangan Kebablasan

Kalau saya mengingat ulang, dari sekian banyak undangan berbuka biasanya selesai antara jam setengah tujuh atau jam tujuh malam. Kalau dirunut kemudian baru saya sadari, saya telah kehilangan waktu-waktu penuh keutamaan (di bulan Ramadan).

Berbuka puasa di tempat acara, biasanya saya dilenakan dengan aneka makanan lezat. Melaksanakan sholat maghrib mundur jauh, tak jarang waktunya mendekati adzan sholat Isya. Padahal sholat di awal waktu sangat dianjurkan, menunjukkan hal apa yang diprioritaskan.

dokpri
dokpri
Misalnya saya keluar lokasi jam setengah tujuh, perjalanan pulang ke Tangsel rata-rata satu jam kadang lebih (kala itu) tergantung tingkat kemacetan. Sudah pasti saya kehilangan waktu Isya tepat waktu, dan tak dielakkan sekalian kelewatan sholat taraweh.

Kan bisa taraweh sendiri di rumah?

Bisa sih, tapi siapa bisa jamin. Sampai rumah sudah larut, badan lengket dan kecapekan. Kalau sudah tidur, maka tak ada tadarus. Dan kalau keterusan sampai sepuluh hari terakhir Ramadan, maka tak kenal apa itu itikaf.

Dari mendatangi acara buka puasa bersama, ternyata rentetan "kerugian" saya sedemikian panjang dan itu tidak saya sadari (mungkin saking hati sudah keras).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun