"A dream you dream alone is only a dream. A dream you dream together is reality." --- John Lennon
Teman-teman, bisakah Anda membayangkan dunia tanpa konsep surga dan neraka? Bisakah Anda membayangkan konsep surga yang dikatakan berada di atas langit dan tempat berkumpulnya orang-orang baik, sama sekali tidak ada dalam benak kita? Begitu pula dengan neraka; coba Anda bayangkan jika konsep tentang tempat penghakiman orang-orang jahat yang berada jauh di bawah tanah, sama sekali tidak ada. Bayangkan sejenak. Apa jadinya jika pengetahuan kita tentang surga dan neraka tidak ada? Apakah dengan tidak adanya batasan khayalan seperti itu, kita bisa hidup di dunia ini "untuk hari ini", tanpa ada pikiran atau khayalan tentang kehidupan setelah kematian? Kita benar-benar hidup untuk dunia ini, untuk hari ini (dunia yang sekarang). Tak ada ketakutan tentang ke mana manusia akan pergi setelah mati. Manusia lebih otentik dalam mengambil keputusan. Mereka melakukan sesuatu murni berdasarkan pilihan mereka sendiri, tanpa terganggu oleh gagasan tentang surga dan neraka. Mereka berbuat baik secara ikhlas, tanpa keinginan bahwa setelah mati mereka akan ditempatkan di surga dan dijauhkan dari bara api neraka.Â
Imagine there's no heaven
It's easy if you try
No hell below us
Above us, only skyImagine all the people
Livin' for today
Ah
Saya ingin mengajak Anda untuk melihat dunia dari sudut yang berbeda. Jika kita membayangkan dunia tanpa keyakinan tentang adanya surga dan neraka, kita mungkin akan lebih fokus pada kehidupan saat ini, di sini dan sekarang, tanpa terikat oleh ketakutan atau harapan yang berkaitan dengan apa yang terjadi setelah kita mati. Tidak ada dorongan atau ancaman untuk berbuat baik hanya demi mendapatkan ganjaran atau menghindari hukuman setelah kematian. Begitu pula dengan agama, kepercayaan yang kita anut sekarang; bayangkan jika konsep tentang adanya agama tidak ada sama sekali. Mungkin perselisihan tidak akan sebesar sekarang, di mana banyak sekali kekerasan yang terjadi atas nama agama. Agama yang digambarkan oleh perspektif manusia justru digunakan sebagai alat untuk memecah belah mereka yang menganut konsep Tuhan yang berbeda. Perbedaan agama bukannya memunculkan keharmonisan, tetapi justru menimbulkan anggapan tentang agama mana yang paling benar. Itulah realita yang terjadi sekarang. Agama, yang seharusnya menjadi landasan untuk terciptanya perdamaian dan kasih, justru seringkali menjadi alasan untuk terjadinya peperangan. Saya rasa, sejarah umat manusia menjadi saksi betapa banyak peperangan besar yang terjadi karena agama.
Imagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion, tooImagine all the people
Livin' life in peace
You
Pun dengan negara. Bisakah Anda membayangkan bahwa tidak ada negara? Tidak ada batasan letak geografis. Tidak ada klaim kekuasaan atas suatu wilayah. Bisakah Anda membayangkannya? Akankah ada perang demi merebut wilayah kekuasaan negara lain, seperti saat ini? Mungkinkah tidak ada yang harus membunuh dan mati dibunuh? Mungkinkah dunia ideal dengan segala keharmonisan akan terwujud apabila tidak ada konsep tentang negara? Di mana semua umat bersama-sama, tanpa dipetak-petakkan menjadi kotak-kotak yang berbeda. Saya menyuruh Anda untuk membayangkan dan mengimajinasikannya sebebas mungkin. Apakah mungkin kita, dengan satu sama lain, sama-sama tidak memiliki anggapan yang buruk dengan tidak adanya sebuah negara? Tidak ada yang merasa kecil dan tidak ada yang merasa lebih besar. Semua hidup atas nama persaudaraan. Wah, indah sekali jika membayangkannya. Terdengar indah dalam imajinasi, di mana mungkin kita akan sampai pada bentuk utopia. Tidak ada perselisihan yang dibungkus dengan konsep "kami vs mereka".
You may say I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will be as oneÂ
Tanpa klaim atas wilayah tertentu, kita bisa membayangkan dunia yang lebih adil, di mana pembagian sumber daya dilakukan berdasarkan kebutuhan bersama, bukan berdasarkan kekuasaan atau dominasi. Mungkin juga kita akan lebih fokus pada identitas kita sebagai manusia daripada identitas yang terkotak-kotakkan oleh negara atau budaya. Tidak ada lagi persaingan untuk mempertahankan ini dan merebutkan itu. Kita sebagai satu umat manusia yang saling terhubung, bukan entitas yang terpecah dalam negara-negara yang bersaing.
Imagine no possessions
I wonder if you can
No need for greed or hunger
A brotherhood of manImagine all the people
Sharing all the world
You
 Terakhir, saya ingin mengajak Anda untuk membayangkan tidak ada harta benda atau kepemilikan pribadi yang menjadi ukuran si miskin dan si kaya. Bayangkan, tidak ada harga benda yang bernilai dan hanya dimiliki oleh segelintir orang. Apakah dunia terasa lebih ringan? Di mana, mungkin, tidak akan muncul keserakahan dan kelaparan, karena manusia bersama-sama berbagi sumber daya dunia. Akankah dunia terasa lebih bersih? Apabila orang-orang serakah, rakus, dan tamak hilang karena tidak adanya ukuran nilai suatu barang? Mungkinkah kita bisa menciptakan rasa persaudaraan antar setiap manusia? Tidak ada lagi kecemburuan sosial atau ketidakadilan karena semuanya 'sama' atas nama persaudaraan, kesetaraan, di mana semua orang bahagia atas apa yang ia beri dan apa yang ia terima dari orang lain. Mungkin dunia jauh lebih baik. Gambaran yang ada di benak saya sungguh penuh harapan. Jika kita bisa membayangkan dunia tanpa harta benda sebagai ukuran status sosial, mungkin kita akan mendapati masyarakat yang jauh lebih egaliter, di mana nilai kemanusiaan lebih indah daripada nilai materi. Berbeda dengan saat ini, di mana banyak orang berlomba-lomba untuk korupsi karena di dalam benak mereka sudah mengakar nilai materi secara gamblang. Mereka tidak peduli ada berapa masyarakat yang mati kelaparan karena hak yang seharusnya mereka dapatkan justru direnggut secara paksa. Sungguh indah apabila kita hidup dengan tenang, saling berbagi, tidak khawatir besok bisa makan atau tidak, dan penuh rasa persaudaraan tanpa keserakahan atau kecemburuan sosial yang sering kali dipicu oleh perbedaan kepemilikan. Mungkin kita akan melihat si 'A' sebagai seorang teman, bukan pesaing dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar yang sama.
You may say I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will live as oneÂ
Sebagai penutup, bayangan kita tentang dunia tanpa batasan-batasan yang dibentuk oleh surga, neraka, agama, negara, dan harta benda, menggugah kita untuk merenung lebih dalam tentang makna hidup yang sejati. Dunia yang lebih egaliter, harmonis, dan penuh persaudaraan, di mana manusia hidup dengan tujuan murni, berbagi tanpa prasangka, dan menjunjung tinggi kemanusiaan, bukanlah hal yang mustahil untuk diwujudkan. Meskipun kita tahu bahwa realita saat ini penuh dengan perbedaan dan tantangan, imajinasi tentang dunia yang lebih baik ini dapat menjadi inspirasi untuk kita mulai bergerak menuju perubahan. Mungkin, jika kita bisa lebih fokus pada kehidupan di sini dan sekarang, saling menghargai tanpa adanya perbedaan buatan, kita akan menemukan kedamaian yang sejati. Dunia ini, jika dijalani dengan lebih sadar dan tulus, bisa menjadi tempat yang lebih baik, tempat di mana kita hidup untuk hari ini, bukan hanya untuk apa yang kita harapkan setelahnya.
Teman-teman, tulisan saya kali ini terinspirasi oleh lagu John Lennon yang berjudul Imagine. Lagu tersebut, sedikit banyak, telah menyadarkan saya akan nilai-nilai kemanusiaan yang seharusnya tidak luput dari kehidupan kita. Lagu ini mengajak saya, dan juga kalian, untuk memiliki impian yang sama, yaitu tentang perdamaian, kesatuan, dan segala hal yang baik bagi kehidupan umat manusia di dunia. Imagine mengingatkan kita bahwa dunia yang lebih baik tidak hanya sebuah impian kosong, tetapi bisa terwujud jika kita mau membuka pikiran dan hati kita untuk melihat melampaui perbedaan, mengatasi batasan-batasan yang seringkali memecah belah kita, dan saling berbagi cinta serta kasih sayang. Ini adalah ajakan untuk menciptakan dunia yang lebih inklusif, penuh keharmonisan, dan tanpa kebencian atau kekerasan. Dunia yang kita impikan itu bukan hanya milik satu kelompok, satu bangsa, atau satu agama, tetapi milik semua umat manusia. Oh ya, lirik lagu Imagine karya John Lennon sudah saya selipkan di antara bagian paragraf, mungkin kalian juga sudah melihatnya. Terima kasih.
"Shared joy is double joy; shared sorrow is half a sorrow."
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI