Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Strategi Merangsang Antusiasme Kerja Karyawan Milenial (Bagian 2)

16 Maret 2020   08:52 Diperbarui: 16 Maret 2020   09:10 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karyawan yang antusias adalah modal berharga untuk membuat pencapaian besar | Sumber gambar: magazine.job-like.com

Selain memberlakukan jam kerja yang fleksibel, memberikan porsi jam istirahat yang tidak kaku, serta dukungan sarana dan prasarana kerja yang memadai untuk menunaikan pekerjaan kapanpun dan dimanapun (Baca: Strategi Merangsang Anstusiasme Kerja Karyawan Milenial), pihak perusahaan bisa melengkapinya dengan beberapa strategi lain untuk mengeruk imbal balik terbaik dari para pekerja milenialnya. Beberapa strategi ini mungkin akan cukup mampu menciptakan gairah bekerja bagi para milenial yang memang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan generasi sebelum atau sesudahnya.

Para milenial adalah "saksi" hidup dari perubahan zaman yang konvensional menuju zaman digital. Mereka juga menyaksikan tentang seperti apa karakter atau kepribadian generasi terdahulu serta bisa mengintip terkait bagaimana generasi yang akan datang terbentuk. 

Dalam hal inilah mereka bisa melihat hal-hal yang barangkali tidak terlihat jeli oleh generasi yang lain. Sesuatu yang barangkali akan sangat berguna bagi sebuah korporasi untuk "tampil beda" dan menggebrak dalam persaingan yang ada. 

Apabila kita menyepakati bersama bahwa salah satu modal terbesar masing-masing orang selain waktu adalah kreativitas didalam diri, maka perusahaan yang memiliki pribadi-pribadi dengan kreativitas tinggilah yang akan menjulang tinggi eksistensinya. Hanya saja bukan perkara sederhana untuk mengeluarkan potensi kreativitas seseorang. 

Perlu adanya stimulus, dukungan yang memadai, serta pastinya kondisi sekitar yang merangsang bangkitnya kreativitas. Untuk itu beberapa hal berikut mungkin bisa dilakukan sebagai pelengkap dari ketiga strategi terdahulu.

Menyediakan Lingkungan Kerja yang Kondusif

Lingkungan kerja, suasana kerja, bahkan tampilan tempat kerja sekalipun akan turut mempengaruhi mood seseorang yang berada didalamnya. Seseorang yang bekerja dalam lingkungan yang acak-acakan akan menampilkan kreativitas berbeda bila dibandingkan dengan mereka yang bekerja di lingkungan rapi dan teratur. 

Akan berbeda pula jikalau suasana lingkungan kerja dikemas dengan tampilan mencerminkan estetika, dan merilekskan pikiran orang-orang yang ada disana. Terlebih ada sebagian dari kita yang menyukai bekerja dalam suasana tertentu, seperti suasana yang sunyi, yang lengang, atau sejenisnya.

Pada prinsipnya hal ini dilakukan agar karyawan merasa berada di suatu tempat yang membuatnya rileks berfikir dan mengembangkan kreativitasnya. Dalam hal ini sudah ada cukup banyak perusahaan yang mendesain tempat kerjanya layaknya tempat nongkrong, atau suasana informal lain. Sebenarnya ini dimaksudkan agar seorang pekerja tidak merasa berada dalam suasana yang identik dengan kekakuan meskipun sebenarnya ia sedang bekerja.

Mengatur Aktivitas Sosial antar Karyawan dan Gathering

Sebuah organisasi bisnis tidak akan bisa dilepaskan dari konteks hubungan orang per orang. Satu orang akan menjalin komunikasi dengan orang yang lain, saling bekerja sama, saling bertukar informasi, dan lain sebagainya. Ketika ada instruksi untuk menuntaskan pekerjaan tertentu, terlebih yang mendesak untuk segera dibereskan, potensi konflik bisa muncul kapan saja. 

Jikalau hal ini tidak disikapi secara tepat maka bukan tidak mungkin akan memicu perseteruan antar masing-masing individu. Oleh karena itu, rasa kekeluargaan dan saling menghargai satu sama lain juga perlu untuk ditumbuhkan.

Bagaimanapun juga kita adalah kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa berlepas diri sepenuhnya dari orang lain. Kita perlu berinteraksi dan berkomunikasi. Dalam konteks organisasi bisnis, tujuan besar perusahaan haruslah didukung oleh sinergi dari semua orang yang terdapat didalamnya. Sehingga sangatlah penting untuk membentuk kerjasama tim yang kuat. 

Potensi kreativitas besar yang dimiliki oleh para milenial perlu dipadupadankan satu sama lain agar menunjang tujuan besar organisasi. Guna memastikan ini bisa terjadi, maka perlu adanya "latihan" khusus untuk itu. 

Perlu adanya alokasi waktu khusus yang mewadahi aktivitas kebersamaan sesama karyawan suatu organisasi. Tujuan utamanya adalah memperbaiki kualitas interaksi, hubungan kekeluargaan, dan "chemistry" dalam kerjasama menuntaskan pekerjaan. Tentu akan sangat berbeda bekerja dalam semangat kasih sayang dibandingkan ketika ada perseteruan. Hasilnya akan sangat jauh berbeda.

Memberi Manfaat Lebih kepada Karyawan

Sesuatu yang mungkin terasa berat dilakukan namun menyimpan potensi besar adalah "investasi" berupa tunjangan yang "memanjakan" karyawan. Ada banyak jenis tindakan terkait hal ini seperti tunjangan makan, transportasi, jatah liburan gratis, fasilitas medis, dan lain-lain. Beberapa pengamat menyebtukan bahwa aktivitas semacam ini menjadikan seorang karyawan mengikrarkan loyalitasnya kepada organisasi dan "menjanjikan" imbal hasil yang berimbas pada kesejahteraan secara keseluruhan.

Sayangnya tidak semua perusahaan memandang ini penting untuk dilakukan. Kebanyakan malah justru berfikiran bahwa para karyawan mesti terlebih dahulu berkontribusi dahulu bagi perusahaan baru kemudian layak untuk diberikan tunjangan atau fasilitas yang demikian. Pada akhirnya yang terjadi adalah saling "menuding" satu sama lain antara pekerja dengan pemilik usaha. 

Apalagi para milenial yang mendambakan banyak hal dalam hidupnya. Obsesi utama seorang milenial bukanlah tentang dedikasi dan loyalitas. Ada banyak hal lain yang lebih utama dari itu. 

Apabila tempat kerja mereka saat ini dirasa cukup memberikan apa yang mereka mau, maka mereka akan berupaya sekuat tenaga untuk mempertahankan hal itu. Dengan kata lain karyawan milenial akan memberikan dedikasi terbaik demi agar manfaat yang diterima sebagai karyawan bisa terus diperoleh. 

Namun yang perlu diingat bahwa aspek manfaat ini bisa jadi terus bergeser seiring berjalannya waktu. Manfaat itu harus sinkron dengan hal-hal yang dirasa penting oleh para pekerja milenialnya. Dan disini setiap pemilik organisasi bisnis perlu jeli memperhatikannya.

Antusiasme karyawan memang tidak menjadi sesuatu yang mudah untuk dibangkitkan. Perlu usaha ekstra untuk memastikan hal itu terjadi. Namun bagaimanapun juga besaran hasil yang diharapkan akan berbading lurus dengan upaya yang mesti dikerjakan. 

Strategi-strategi dalam upaya merangsang minat karyawan milenial bukan perkara gampang untuk dilakukan oleh semua korporasi atau organisasi bisnis. Setidaknya mereka harus memulainya pada beberapa strategi tertentu yang paling memungkinkan untuk diterapkan terlebih dahulu. Dengan demikian bukan tidak mungkin hal ini akan memberikan imbas positif terhadap performa perusahaan secara keseluruhan.

Salam hangat,

Agil S Habib

Refferensi :

[1]; [2]; [3]; [4]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun