Â
Dalam dunia pendidikan, memahami bagaimana peserta didik menyerap dan mempertahankan informasi adalah kunci untuk merancang metode belajar yang efektif. Salah satu tantangan terbesar dalam proses belajar adalah fenomena yang dikenal sebagai Forgetting Curve, sebuah konsep yang diperkenalkan oleh Hermann Ebbinghaus. Ia menunjukkan bahwa tanpa pengulangan atau penguatan, seseorang bisa melupakan hingga 70% informasi yang baru dipelajari hanya dalam waktu 24 jam. Fakta ini menjadi peringatan penting bahwa pembelajaran tidak cukup hanya terjadi sekali; ia harus dirancang agar berkelanjutan dan bermakna.
Untuk mengatasi tantangan pelupaan ini, pendekatan seperti Experiential Learning menjadi sangat relevan. Metode ini menekankan pembelajaran melalui pengalaman langsung, refleksi, dan penerapan nyata. Ketika peserta didik terlibat dalam simulasi, studi kasus, atau praktik lapangan, mereka tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi juga menghubungkannya dengan konteks kehidupan nyata. Pengalaman semacam ini menciptakan jejak memori yang lebih kuat dan tahan lama, sehingga secara alami menekan efek dari Forgetting Curve.
Namun, pengalaman saja tidak cukup jika tidak disertai dengan pemahaman yang mendalam. Di sinilah Feynman Technique berperan sebagai pelengkap yang sangat efektif. Teknik ini mendorong peserta didik untuk menjelaskan kembali konsep yang telah mereka pelajari dengan bahasa sederhana, seolah-olah sedang mengajar orang lain. Proses ini memaksa otak untuk melakukan active recall dan menyusun ulang informasi secara logis, sehingga memperkuat pemahaman sekaligus memperpanjang daya ingat.
Ketika ketiga pendekatan ini digabungkan---pemahaman tentang pelupaan, pembelajaran berbasis pengalaman, dan penjelasan aktif ala Feynman---maka tercipta pola belajar yang tidak hanya efektif secara kognitif, tetapi juga bermakna secara emosional dan kontekstual. Peserta didik tidak hanya tahu apa yang mereka pelajari, tetapi juga mengapa dan bagaimana mereka bisa menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Dengan merancang metode belajar yang mengintegrasikan ketiga elemen ini, pendidik dapat menciptakan pengalaman belajar yang benar-benar "menempel" di kepala peserta didik---bukan sekadar lewat, tapi tinggal dan berkembang.
Ageng Priyanto AgeÂ
Experiential Educator - Founder Sekolah Alam Youth Khalifa - Founder Jejak Anak Akademi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI