Mohon tunggu...
afri meldam
afri meldam Mohon Tunggu... Freelancer - penyuka jengkol, ikan segar, dan rempah

Lahir di sebuah desa kecil di pedalaman Sumatra. Menghabiskan masa kanak-kanak dengan mandi di sungai dan bermain lumpur di sawah. Mempunyai ikatan dengan ikan-ikan. Kini tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Perjalanan ke Golibari

4 November 2017   16:16 Diperbarui: 7 November 2017   15:21 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Australia from the Sky, Afri Meldam

1      

"Aku harus sampai di Golibari sebelum tengah malam," desisnya, seolah merapal mantra.

Matahari di ubun-ubun, mencipta fatamorgana di mana-mana. Di kejauhan, entah berapa ratus depa di depan, sebongkah karang seolah menyembul dari perut gurun. Betulkah itu sebongkah karang atau hanya bayang-bayang hitam semu karena pandangannya yang mengabur? Atau, jangan-jangan ia sudah tak bisa melihat apa-apa lagi, dan bongkahan hitam itu tak lain adalah kelopak matanya sendiri yang sudah terkatup?

Ia berjalan ke sana, tertatih dengan sisa tenaga yang ada. Ia rasakan tubuhnya gemetar, seluruh persendiannya seolah terlepas. Tongkat yang tadi ia pakai untuk menopang tubuhnya bahkan tak kuasa lagi ia angkat. Alih-alih membantu, tongkat yang terbuat dari ujung pelepah kurma itu malah tambah memberatkannya, membuat langkahnya kian pelan. Jubahnya terseok-seok menyapu butiran pasir yang terasa semakin berat.

Akhir-akhir ini, musim seperti tak tertebak. Pertengahan tahun sebenarnya waktu yang bagus untuk melakukan perjalanan melewati gurun; waktu yang dipilih oleh para pedagang sutra, wol, dan rempah-rempah dari selatan, untuk pergi menjajakan dagangan ke desa-desa yang terletak di sekitar gurun Jalaqa.

Tapi, sekarang? Panas begitu memanggang. Badai sesekali menggulung bukit-bukit pasir yang akan dilalui lelaki itu. Berkali-kali ia terpaksa mengambil rute memutar, untuk menghindari terkaman badai yang bisa mematahkan tulang-belulangnya dalam hitungan sepersekian detik itu.

2      

Perjalanan menuju Golirabi melewati gurun ini biasanya bisa ditempuh selama dua malam satu hari dengan mengendarai unta. Berjalan kaki bisa satu hari lebih lama. Tapi badai bisa datang kapan saja. Langit bisa saja tampak bersih, tapi badai datang tanpa pertanda. Tak kenal waktu, tak kenal arah, badai akan langsung berpusing di gundukan-gundukan pasir, memelintir untuk kemudian menerbangkan miliaran debu ke udara. Maka, seketika, langit jadi kelam, tak sedikit pun celah yang tersisa untuk melempar pandang.

Ini bukan pertama kalinya ia menempuh perjalanan melewati gurun itu. Seingatnya sudah lebih sepuluh kali, atau mungkin lebih, ia pergi bersama rombongan peziarah, yang mengunjungi tempat-tempat suci mereka di negeri yang terletak di Semenanjung Jauh. Ia dan saudaranya biasanya hanya akan ikut rombongan itu sampai mereka mencapai perkampungan pertama setelah gurun Jalaqa, setelah itu mereka akan memisahkan diri dan pergi ke arah barat laut, menemui Tukang Cukur, yang masih merupakan saudara jauh ayah mereka, menawarkan jasa. Selama dua-tiga minggu mereka akan berkutat dengan bulu-bulu domba, hingga akhirnya pulang dengan beberapa keping molata - uang logal pipih kuning -- sebagai upah.

Dari para peziarah itulah ia belajar membaca arah angin, isyarat yang dikirim burung atau gerak awan untuk menentukan hari-hari baik melakukan perjalanan.

Memang, selama ikut rombongan peziarah, mereka tak pernah menghadapi kesulitan yang berarti. Pun, beberapa kali ia dan saudaranya memberanikan diri berjalan berdua, mereka dengan pasti bisa menebak gelagat yang muncul dari pertanda yang datang, sehingga bisa dengan selamat melalui lautan pasir yang membentang begitu luas itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun