Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Seorang Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Cerita Perjalanan ke Bittuang, Tana Toraja

7 Maret 2024   08:21 Diperbarui: 8 Maret 2024   06:59 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Longsor di jalan poros Makale-Bittuang, Tana Toraja. Sumber: dokumentasi pribadi

Kecamatan Bittuang, Kabupaten Tana Toraja adalah salah satu daerah yang dekat dengan berbatasan Kabupaten Mamasa di Provinsi Sulawesi Barat. Awalnya kecamatan ini beririsan langsung dengan Kecamatan Tabang di Mamasa. Setelah pemekaran, kecamatan ini dibagi dua menjadi Masanda yang kini berbatasan langsung dengan Mamasa dan Bittuang. 

Musim hujan dengan intensitas tinggi masih melanda seluruh wilayah Tana Toraja dalam beberapa pekan terakhir. Lebih seminggu yang lalu ada banjir menghantam kota Makale. Kondisi ini sedikit memberikan rasa was-was kepada saya untuk melakukan perjalanan ke wilayah pinggiran kabupaten Tana Toraja. 

Terlebih, sepanjang malam, hujan keras turun. Di depan rumah saya di kota Makale, air sungai meluap. Beberapa rumah kontrakan menjadi jalan arus sungai memotong jalan. Sementara di depan pintu masuk terminal bus Makale lebih parah. Air sungai meluap, merusak sejumlah kios dan warung yang dibangun di atas bantaran sungai. Tak pelak, air membanjiri sekitar 30% terminal bus Makale. 

Kondisi yang sedikit mengganggu aktifitas pagi tidak membuat saya menunda agenda yang sudah terjadwal. Hari ini saya harus mengadakan perjalanan ke pusat kecamatan Bittuang untuk kedua kalinya dalam dua hari. Maksud perjalanan saya adalah dalam rangka pendampingan individu 5 Pendidikan Guru Penggerak kepada Calon Guru Penggerak yang saya dampingi, yakni ibu Selpina Panglawa di UPT SDN 3 Bittuang. 

Perlengkapan sudah saya siapkan. Meskipun hujan sudah tidak turun, saya tetap mengenakan mantel hujan. Hal ini untuk mengantisipasi percikan air dan lumpur yang kemungkinan banyak saya temui sepanjang perjalanan ke Bittuang. 

Ruas jalan negara di kampung Palian, rawan longsor. Sumber: dokumentasi pribadi. 
Ruas jalan negara di kampung Palian, rawan longsor. Sumber: dokumentasi pribadi. 

Secara umum perjalanan saya lancar pagi ini dari kota Makale menuju kecamatan Rembon, Saluputti dan memasuki tapal batas Kecamatan Bittuang. Puluhan kilometer jalan trans Sulawesi menuju Sulawesi Barat telah diaspal mulus. Tambahan pula, bahu jalan menuju Bittuang dari Saluputti sudah dirawat beton pada kedua bagian bahu jalan. Sehingga jalan ini pun makin lebar dengan variasi mengikuti topografi tanah 8-12 meter lebarnya. 

Khusus poros Saluputti-Bittuang, jalan aspal sangat mulus. Jalan yang agak sepi ditambah bunyi jeram sungai dan hutan menambah sensasi perjalanan. Kendaraan pun bisa dipacu hingga gigi 5. 

Jalan yang masih kurang mulus karena belum disentuh pembangunan jalan hanya tersisa sekitar 3-4 km saja, tetapi normal untuk dilewati, meski perlu kehati-hatian karena terdapat sejumlah lubang di jalan. 

Memasuki wilayah kampung Se'seng jalan makin lebar dengan ukuran 10-12 meter. Pengaspalan, rabat beton dan pelebaran jalan masih sementara berlangsung. Banyak alat berat dan pekerja yang meramaikan proyek pekerjaan jalan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun