Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Kredit Musiman, Petani Milenial, dan Orangtua yang "Kolonial"

11 November 2021   14:47 Diperbarui: 12 November 2021   13:00 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sebuah lahan pertanian di sebuah kabupaten di Propinsi NTB.| Sumber: Dokumentasi Pribadi (2012)

Just Sharing....

Kredit musiman secara sederhana adalah kredit dengan jangka waktu pengembalian secara musiman. Umumnya ditawarkan pada para nasabah yang berprofesi di bidang pertanian atau perkebunan. 

Hal ini identik dengan siklus usaha di sektor tersebut. Kita mengenal ada musim tanan, musim petik hingga musim panen. Dari sanalah nama produk pendanaan itu berawal. 

Saya bersyukur pernah ditugaskan di sebuah kabupaten kecil yang mayoritas warganya adalah petani (peladang). 

Selain berinteraksi langsung dengan mereka, mendapatkan juga wawasan baru terkait produk musiman ini dan penerapannya secara sistem. 

Mengapa pembiayaan musiman hadir

Salah satu tujuan pendanaan ke masyarakat ditujukan untuk menggerakkan roda perekonomian. Sektor pertanian dan komoditasnya adalah sektor yang awet dan melintasi badai. 

Terbukti meski Corona menggongong, tanah dan alam tetap menghasilkan padi, bawang, jagung, dan teman-temannya. 

Di luar dari soal distribusinya ke mana dan dijual ke siapa, para petani dan pekebun membutuhkan modal finansial untuk pupuk, pembenihan dan biaya tanam serta perawatan hingga masa panen. 

Kebutuhan akan modal ini di zaman dulu hingga mungkin sekarang, ada peran para tengkulak yang meminjamkan dana. Lembaga pendanaan mencoba masuk pada kebutuhan tersebut demi membantu para petani. 

Tersebarnya lembaga pendanaan yang punya kantor cabang atau kantor perwakilan di setiap kota dan kabupaten, tidak menjamin bahwa produk ini ditawarkan. 

Hal ini lantaran sebuah produk pembiayaan ditentukan juga dari sosial ekonomi di daerah tersebut. 

Bila mayoritas warga di daerah tersebut bekerja di sektor pertanian atau perkebunan, maka kantor cabang tersebut lewat PIC terkait dapat mengusulkan ke kantor wiilayah dan diteruskan ke pusat, agar dilakukan analisis dan pertimbangan. 

Mengapa harus berjenjang, karena berhubungan dengan penetapan besaran pinjaman dan besaran bunganya yang sudah pasti berbeda struktur kreditnya dengan sistem angsuran bulanan. 

Saya sendiri pun ketika pertama kali bertugas di kabupaten tersebut, baru mengajukan program musiman di tahun kedua. 

Itu pun harus melampirkan latar belakang hingga analisis kompetitor sebagai bahan pengkajian. 

Kredit musiman diminati banyak calon nasabah karena sejumlah keunggulan sebagai pembeda. Sayangnya, hanya para petani dan pekebun yang bisa mengajukan. Itu pun berlaku syarat dan ketentuan. 

Persyaratan secara umum sama, yakni copy e-KTP, KK, dokumen tempat tinggal, dan SKU (Surat Keterangan Usaha). 

Yang wajib adalah dokumen PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) berupa SPPT sawah atau sertifikat lahan yang menunjukkan kepemilikan nasabah atau keluarga inti dalam satu KK. 

Maksudnya dalam 1 KK adalah bila sawah tersebut atas nama orangtua kandung, boleh diajukan oleh anak kandungnya yang masih 1 KK dengan orangtuanya, dan belum menikah namun sudah berusia di atas 21 tahun. 

Di lapangan, banyak sekali petani milenial yang usianya milenial namun sudah dipercayakan mengelola lahan keluarga. 

Nah aturan seperti ini salah satunya mewadahi realita yang demikian. Selain itu banyak juga orangtua yang sudah berusia di atas 60 tahun, yang secara syarat maksimal umur nasabah sudah tak masuk. 

Pengajuan boleh atas nama anak namun biasanya melampirkan form persetujuan orangtua (bila masih hidup). 

Kelebihan dan kekurangan

Sebuah program pinjaman untuk sebuah produk pembiayaan, biasanya memiliki 2 sisi, yakni kelebihan dan kekurangan. 

Warga juga perlu memahami agar bisa mempertimbangkan mana yang tepat bagi mereka karena setiap nasabah berbeda. 

Kekurangan dari kredit musiman antara lain: 

Pertama, biasanya bunganya lebih tinggi sedikit dibanding cicilan bulanan. Wajar karena profit yang harusnya didapatkan rutin setiap bulan, namun mengendap dan dibayarkan belakangan. 

Kedua, limitnya dibatasi. Maksimal pinjaman kadang sudah ditentukan dan tak boleh lebih besar, meski nasabah mampu membayar. 

Ketiga, kadang diminta agunan selain SPPT lahan yang wajib diserahkan. Misalnya BPKB kendaraan dan copy STNK, atau sertifikat rumah. Namun aturan semacam ini tergantung masing-masing lembaga pembiayaan. 

Keempat, denda keterlambatan harian lebih besar dari denda telat harian cicilan bulanan. 

Misal bila tenor satu musim (6 bulan) dengan angsuran 5 juta per musim akan jatuh tempo di tanggal 11 November 2021, lalu Anda membayar di tanggal 12 November 2021, maka denda per hari akan dikalikan 5 juta. 

Bila asumsi denda dibebankan 0,5% per hari, Anda mesti menambahkan sebesar 0,5% X Rp.5.000.000,- = Rp 5.025.000,- . Akumulasi meningkat seiring jumlah hari. 

Lalu kelebihannya apa? 

Pertama, fleksibilitas cicilan. Jangka waktu bisa dipilih mulai dari satu musim (6 bulan) hingga 6 musim (36 bulan). 

Namun rata-rata nasabah memilih antara 1 musim hingga 2 musim. Karena musim tanam dan musim panen umumnya bisa terjadi selana satu tahun. 

Padi bisa panen 2 X setahun, jagung bisa 3 X setahun, kacang hijau minimal 1 X dalam 12 bulan. Demikian juga bawang, cengkeh, cabe, dan hasil pertanian lainnya. 

Kedua, bisa deposit. 

Misal cicilan musiman 5 juta jatuh tempo 6 bulan ke depan. Bila ada rezeki 1 juta bahkan mungkin hanya 600 ribu, Anda bisa mendepositkan itu di 3 bulan sebelum jatuh tempo atau bisa di setiap bulan. Sehingga saat jatuh tempo, hanya bayar sisanya aja. 

Intinya berapa pun uang Anda bisa dicicil sebelum jatuh tempo. Sejumlah lembaga pembiayaan menjalankan sistem ini demi memudahkan nasabah. Dan itu ada kuitansinya kok, dicetak dari sistem dan tertera di sana. 

Ketiga, bisa berkreasi dan mengolah sumber penghasilan lain selama masa tenor. 

Petani milenial beda dengan generasi orangtua yang "kolonial". Maksudnya petani milenial sekarang, melek informasi dan kreatif. Toh sepanjang hari ngga di sawah terus atau berkubang tanah. 

Selain jadi petani milenial, mereka juga biasa  jualan online, jualan pulsa, dan paket di desa, jadi reseller dan merambah ekonomi kreatif lain. Dengan jangka waktu 6 bulan musiman, sumber finansial lain bisa dikelola demi menghasilkan uang. 

Mereka bisa deposit karena keuntungan nomor 2 di atas atau menabung untuk membayar cicilan saat jatuh tempo nanti. 

Alhasil bisa jadi di masa panen nanti, uang hasil penjualan dari lahan pertanian atau perkebunan, tak semuanya digunakan untuk menutupi kredit. 

Pola pikir ini tentunya berbeda dengan generasi orang tua dulu, yang cenderung melunasi setelah panen. 

Keempat, bisa mengajukan sesuai prediksi kapan panen. Dari pengalaman, biasanya masabah sudah tahu akan panen di bulan apa.

Jadi 3 atau 4 bulan sebelum panen sudah ajukan. Dengan begitu akan terbayar sebelum jatuh tempo 6 bulan ke depan. 

Persentase gagal bayar nasabah musiman biasanya jauh lebih rendah dibanding nasabah konvensional. Selain mereka biasanya sudah berhitung, pinjamannya juga jauh lebih rendah dari hasil jual saat panen nanti. 

Lagipula demografi pekerja di Indonesia juga lebih banyak pekerja sekuler dibanding petani. Dengan begitu skala market yang digarap untuk program musiman juga ngga besar, tapi selalu ada. 

Lucunya, kadang yang pekerja sekuler, bila dibolehkan, banyak yang kepincut bayar musiman daripada bulanan. 

Semoga bisa menambah pengetahuan, 

Salam, 

Baca juga : "Mau Beli Kendaraan Lelang di Perusahaan Pembiayaan? Pahami Dulu Prosedurnya" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun