Mohon tunggu...
Aditya Hehanussa
Aditya Hehanussa Mohon Tunggu... Jurnalis - Selebihnya tentangmu | WA:081248908542

Cintai cinta untuk menjadi cita-cita

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Kotamu Basah

1 Agustus 2022   23:48 Diperbarui: 2 Agustus 2022   21:00 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin hujan dan kotamu basah.
Kota-kota lain takut karena target selanjutnya adalah mereka. Mata memandang ke arah hijau pedesaan, akankah ada yang merasakannya?

Sampai kini langit masih tampak murung. Dengan selimut hitam, awan yang tadinya putih sekarang menjelma gelap. Bukankah itu pertanda akan datangnya berkah?

Puisi-puisi hujan yang datang membawa rindu, sudah berubah, berbeda dengan sebelumnya. Diksi dimainkan menjadi kalimat utuh. Mulai dari Cerita. Cinta. Cita, sirna setelah badai membuat perempuan menangis dan tak berdaya di pangkuan sang kekasih.

Foto by koleksi 
Foto by koleksi 

mantra-mantra dirawat kemudian merayu setiap perawan sampai rela tertidur. Angin membuka setiap sudut kewarasan.
Ada yang menangis
Ada yang tertawa
Ada yang diam
Pun candu menahan sakit.

Hualoy, 12 Juli 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun