Mohon tunggu...
Adii Donk
Adii Donk Mohon Tunggu... Penulis

Penulis lepas yang tertarik pada isu sosial, Olahraga, kesehatan mental, Pendidikan, dan dinamika masyarakat urban. Percaya bahwa tulisan yang jujur bisa menjadi ruang refleksi bersama.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Imajinasi Dikalahkan Oleh Uang: Karya Tak Lagi Jadi Tujuan

15 Juli 2025   17:14 Diperbarui: 15 Juli 2025   17:14 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh cottonbro studio: https://www.pexels.com/id-id/foto/seseorang-membuat-surat-tulis-tangan-6830877/

Saya percaya, salah satu bentuk investasi paling jujur dan tahan lama yang bisa kita buat bukan terletak pada saham, emas, atau properti. Tapi pada karya.

Entah itu tulisan, video, puisi, atau bahkan ide kecil yang diwujudkan hari ini dan masih bisa dibaca, ditonton, atau dikenang lima tahun ke depan. Karya adalah investasi batin dan intelektual. Ia mungkin tak selalu menghasilkan uang, tapi bisa menyelamatkan akal sehat kita sendiri.

Sayangnya, imajinasi sering kalah sebelum bertarung. Bukan oleh kritik. Tapi oleh realitas bernama uang.

Saat belum punya uang, orang berkata: "Saya ingin menulis, tapi sibuk cari uang dulu." Tapi anehnya, saat uang sudah di tangan, kalimatnya berubah: "Saya belum sempat, sibuk urus ini itu."

Dan di sinilah paradoks dimulai:

Semakin kita punya uang, semakin kita ingin lebih.

Dan di saat ingin lebih itulah, uang itu justru lenyap. Bukan karena dipakai untuk hidup, tapi untuk gaya hidup.

Saya tidak sedang menyalahkan uang atau orang yang mengejarnya. Uang penting. Tapi uang bukan alasan sah untuk mengubur imajinasi, dan bukan pelindung dari rasa kehilangan arah.

Coba kita lihat satu contoh kecil.

Ada penulis terkenal bernama Octavia Butler. Ia menulis sambil bekerja sebagai pencuci piring dan petugas kantor. Ia tidak menunggu uang untuk mulai menulis. Ia menulis karena tidak tahan tidak menulis.

Di sisi lain, saya kenal beberapa orang yang punya modal besar, perangkat lengkap, bahkan waktu luang. Tapi tidak satu pun karya muncul. Karena ketika uang tersedia, datang pula tekanan untuk "karya harus viral, harus laku, harus cuan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun