Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mengikat Pembaca dengan Feature

24 Maret 2023   10:54 Diperbarui: 24 Maret 2023   22:24 1086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Clifton Pollard yakin hari Minggu itu dia akan bekerja juga. Pukul 09.00 dia sudah bangun. 

Di apartemen tiga kamarnya di Corcoran Street, dia sudah mengenakan terusan warna khaki lalu menuju dapur untuk sarapan. Istrinya, Hettie, sudah menyiapkan daging panggang dan telur untuknya. Pollard sedang makan ketika ada telepon yang memang dia tunggu.

Telepon dari Mazo Kawalchik, mandor para penggali kubur di Arlington National Cemetery, tempat di mana Pollard bekerja mencari nafkah. "Polly, tolong jam sebelas nanti sudah ada disini, bisa ya?" suruh Kawalchik. 

"Saya kira kau tahu kenapa." 

Ya, Pollard memang sudah tahu. Dia meletakkan telepon, menyudahi sarapan, dan meninggalkan apartemennya. Hari Minggu itu dia lewatkan dengan menggali liang lahat untuk John Fitzgerald Kennedy.

Waktu Pollard sampai di jalan ke gudang kayu bercat kuning, tempat perkakas pemakaman itu disimpan, Kawalchik dan John Metzler sudah menunggunya di sana. 


"Maaf, kau jadi harus kerja hari Minggu," ujar Metzler. 

"Ah, tidak usah ngomong begitu," kata Pollard.

"Bagi saya, berada di sini adalah kehormatan." 

Pollard lalu menuju ke mesin dengan bajak berlawanan arah. Di pemakaman itu, lubang kubur tidak digali pakai sekop. 

Mesin bajak terbalik yang dipakai warnanya hijau dengan mangkuk besar yang menggali tanah ke arah orang yang mengendalikan mesin, tidak menjauh seperti kren.  Di bawah bukit di depan Makam Serdadu tak Dikenal, Pollard mulai menggali. (Catatan Editor: Serdadu itu bernama Custis-Lee Mansion).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun