Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mengikat Pembaca dengan Feature

24 Maret 2023   10:54 Diperbarui: 24 Maret 2023   22:24 1086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah panel dosen jurnalisme dan jurnalis yang diinisasi Universitas Colombia menahbiskan Hiroshima karya John Hersey ini karya jurnalistik nomor satu dunia dalam seabad terakhir. Ia berada di atas In Cold Blood-nya Truman Capote dan Silent Spring-nya Rachel Carlson. 

Hersey menulis dengan detail, perinci, dan begitu deskriptif. Ini bagian awal tulisan Hersey. Saya cetak miring.

Tepat pukul 08.15 waktu Jepang, 6 Agustus 1945, sebuah bom atom meledak di atas Hiroshima.

Saat itu Nona Toshiko Sasaki, seorang juru tulis di departemen personalia perusahaan East Asia Tin Works (Perusahaan Timah Asia Timur), baru saja duduk di kursinya di ruang kantor pabrik. Dia menolehkan kepalanya karena sedang berbicara pada gadis yang bekerja di meja sebelah.

Pada waktu yang bersamaan, Dokter Masazaku Fujii baru saja duduk bersila. Ia sedang membaca Osaka Asahi di teras rumah sakit swasta miliknya. Sebagian bangunan rumah sakit ini dibangun di atas delta sungai yang membelah Hiroshima.

Nyonya Hatsuyo Nakamura, seorang penjahit yang telah menjanda, sedang berdiri dekat jendela dapurnya. Dia melihat tetangganya sedang merobohkan rumahnya sendiri karena rumah itu berada di jalur api pertahanan serangan udara.


Pastur Wilhelm Kleinsorge, seorang pendeta Jerman dari Society of jesus, sedang berbaring di tempat tidurnya sambil membaca majalah penginjilan, Stimmen derr Zeit. Ia hanya berpakaian dalam saja. Kamarnya yang tidak terlalu nyaman itu terletak di lantai paling atas rumah misionari yang terdiri dari tiga lantai.

Dokter Terufumi Sasaki, anggota muda bagian bedah Rumah Sakit Palang Merah yang besar dan modern di Hiroshima, sedang berjalan di salah satu koridor rumah sakit. Dia membawa spesimen darah yang akan digunakan untuk tes wasserman.

Pendeta Kiyoshi Tanimoto, pendeta Gereja Metodis Hiroshima, sedang berhenti sejenak di depan pintu sebuah rumah mewah di Koi, pinggiran kota bagian barat. Dia sedang bersiap-siap untuk membongkar muatan gerobak. Gerobak itu penuh dengan barang-barang yang ia kemasi dari kota. Ia terpaksa bersiap-siap untuk menghindari serangan massal pesawat pengebom yang menurut kabar burung bakal segera menyerbu Hiroshima.

Tulisan Hersey di bagian pengantar ini bagus dan detail. Kita diberikan sajian awal untuk masuk ke dalam cerita setiap tokoh utama dari buku ini. 

Deskripsi yang diketengahkan Hersey sudah tentu berawal dari wawancara yang mendetail. Wawancara dalam situasi pascabom tentu tidak mudah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun