Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mengikat Pembaca dengan Feature

24 Maret 2023   10:54 Diperbarui: 24 Maret 2023   22:24 1086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat jarum jam menunjukkan pukul 14.46 wib, mobil bernomor polisi B154-VA itu berangkat menuju Jalan Cendana, kediaman keluarga Soeharto. Keluar melalui pintu kiri rumah sakit, mobil Sabarto didahului oleh 5 motor voorrijder dan satu jip polisi militer.

Melaju dengan kecepatan 50-60 kilometer per jam, mobil jenazah itu diikuti sederet mobil pengiring, termasuk mobil yang ditumpangi mantan Menteri Sekretaris Negara Moerdiono.

 Dari Rumah Sakit di Jalan Kyai Maja, mobil Sabarto menyusuri Jalan Sisingamangaraja, Jalan Sudirman, Jalan Thamrin, Bundaran Hotel Indonesia, Jalan Imam Bonjol, Taman Suropati, Jalan Teuku Umar, dan berakhir di Jalan Cendana. Perjalanan itu memakan waktu 20 menit.

Sepanjang perjalanan, banyak warga yang melambaikan tangan.

"Bahkan ada yang melempar bunga di Al Azhar," kata Sabarto.

Dia bercerita, mendapat sambutan seperti itu, Siti Hutami Endang Adiningsih alias Mamiek Soeharto, yang duduk di samping kemudi, menangkupkan tangan.


"Mungkin menghaturkan terima kasih kepada masyarakat," katanya.

 Lewat kaca spion dalam, Sabarto sesekali melihat ke belakang. Di dalam mobil, Mbak Tutut (Siti Hardijanti Rukmana) dan Titiek Soeharto (Siti Hediarti) terlihat mendampingi jasad Soeharto.

Selain itu, ada 4 perawat pria dari Unit Emergency RSPP. Tutut dan Titek memegang buku kecil dan membaca doa. Tapi Sabarto tak tahu buku apa itu.

"Mungkin itu surat Yasin," kata penganut Protestan itu.

"Tak ada Isak tangis dan air mata".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun