Penciptaan siswa penggerak jangan berbasis projek eh proyek. Sebab, yang kita kasih ini bekalan revolusioner dan sangat esensial. Kalau sejak kelas I masing-masing sekolah punya beberapa siswa penggerak, ke depannya akan enak.
Kalau memang ini mau dimasukkan ke dalam program OSIS, bisa saja. Namun, bekalan mesti lebih komprehensif sebagaimana saya tulis di atas tadi.Â
Ini bukan proses pembentukan siswa yang biasa. Tapi menjadikan mereka pribadi yang luar biasa.Â
Setidaknya siswa lain punya subjek percontohan. Â Ada yang bisa dicontoh. Ada yang bisa dijadikan orang yang disegani selain guru.
Ada siswa yang menjadi perekat semuanya. Ada siswa yang menjadi pemimpin dalam sekolah itu. Semua akan berjalan sebagaimana biasa karena terjadi secara alamiah di sekolah.Â
Apa yang menjadi kebijakan sekolah, mereka paham. Sehingga ketika proses pembelajaran ada di kelas, semua akan berjalan sebagaimana program.
Bagi saya, sangat esensial membentuk siswa penggerak ini. Â Sebab, secara usia, anak-anak kita ke depan lebih produktif berkarya. Tidak semata untuk tiga tahun saat mereka menjadi siswa.Â
Kemampuan penggerak itu akan terbawa sampai kapan pun karena sudah mengendap dalam pikiran, ide, gagasan, dan gerak mereka. Dalam skema saya, dengan bujet yang sama yang dikeluarkan pemerintah untuk guru penggerak, manfaat siswa penggerak bisa jadi abadi.
Saya ingin mengembalikan subjek utama pendidikan kita kepada siswa atau murid. Sebab, merekalah yang akan dibentuk menjadi lebih baik.Â
Untuk guru, semua pembelajaran di kampus lewat FKIP atau universitas pendidikan bagi saya sudah lebih daripada cukup. Poin ini nanti ingin saya tulis di lain waktu.Â
Betapa kasihan lulusan FKIP yang mau jadi guru pun mesti ikut ini dan itu. Mesti begini dan begitu. Seolah-olah tidak selesai saat mereka kuliah.Â