Saya bilang ini demi keselamatan semua. Sebentar lagi mau pemilu. Perpisahan sekolah angkatan kami pun hanya di dalam sekolah tidak boleh di luar.Â
Saya tekankan juga dekat sini ada kantor polres yang bisa cepat kirim polisi untuk bubarkan aksi unjuk rasa. Pendek kata, saya bilang, jangan ikut-ikutan. Walhasil demo urung.
Itu satu cerita. Cerita lain masih ada. Saya biasa mengisi materi di beberapa sekolah. Waktu mengisi kadang banyak siswa tidak konsentrasi sehingga ribut.Â
Di beberapa sekolah, jika ada yang demikian, ada satu siswa kemudian teriak supaya semua dengarkan materi dan jangan ribut. Suasana kemudian kondusif.Â
Soal mereka diam karena segan dengan "siswa penggerak" tadi, itu tak masalah. Tak semua dengar materi juga tidak mengapa. Yang penting suasana menjadi kondusif.
Kalau di sekolah kita punya banyak siswa penggerak, suasana sekolah akan kondusif. Siswa penggerak merupakah ikhtiar menjadikan siswa menjadi motor utama perubahan di sekolah. Teman sebaya akan menjadi lebih maksimal untuk mewujudkan tujuan pendidikan.
Di kelas iklim belajar akan lebih mudah digerakkan karena sekolah punya "perpanjangan tangan". Kalau memang selama ini tugas itu diemban ketua kelas, silakan berikan pembobotan sebagaimana pemerintah memboboti guru dengan embel-embel penggerak.
Kasih mereka kurikulum khusus peningkatan kapasitas diri. Bekali mereka dengan lokakarya menjadi pemimpin. Bekali mereka dengan keterampilan public speaking yang memadai.Â
Bekali mereka dengan kemampuan manajerial yang mantap. Bekali mereka dengan kemampuan menulis yang mumpuni. Kasih bekalan juga dengan kemampuan menyelesaikan masalah dengan kemampuan mendengar dan problem solving.
Memang sekilas mungkin wah luar biasa sekali. Ya tentu saja luar biasa. Namanya juga siswa penggerak.Â
Membentuk siswa penggerak ini khatimahnya bagus. Kita punya beberapa role model di sekolah sebagai penggerak. Itu akan terbawa sampai karakter mereka di mana saja tempat, di mana saja berada.