Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Ranjaban Abimanyu (Tamat)

17 Maret 2018   19:37 Diperbarui: 17 Maret 2018   19:47 1851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: wayang.files.wordpress.com

Di tepian kolam tamansari Tanjunganom, Utari yang tengah hamil 3 bulan itu duduk bersantai dengan kedua baturnya. Nyi Lambangsari yang bertubuh tinggi kerempeng dan Nyi Randanunut yang bertubuh tambun pendek serupa babi. Banyak orang menyebut Nyi Randanunut dengan big woman. Perempuan gembrot yang tak kesampaian cita-citanya untuk menjadi penari keraton.

Sembari menyaksikan ikan-ikan emas yang berenangan di antara bunga-bunga teratai, Utari mendapatkan hiburan dari kedua baturnya itu. Nyi Lambangsari yang suka campursari itu menyanyikan lagu dangdut 'Oplosan'. Nyi Randanunut tak mau kalah. Selagi lagu dilantunkan, perempuan gembrot itu bergoyang seperti mentok mabuk. Menyaksikan goyangan Nyi Randanunut, Utari menahan tawanya.

Selagi Utari tengah bersuka cita dengan kedua baturnya, Abimanyu beserta Semar menghampirinya. Tanpa Semar, Nyi Randanunut, dan Nyi Lambangsari; Abimanyu membawa Utari menuju ruang pribadinya. Sebuah ruangan tidur berdinding bercat kuning gading, berlantai marmar hijau zamrud, dan beranjang dengan seprei coklat muda.

Abimanyu duduk di ranjang samping Utari. Sembari mengelus-elus perut Utari yang mengandung tiga bulan itu, Abimanyu menyampaikan pesan Bisma. "Dinda Utari.... Eyang Buyut Bisma meramalkan kalau putera kita kelak menjadi raja agung Hastinapura. Namun, ramalan Eyang Buyut bakal menjadi kenyataan, bila kau melakukan tapa brata di Lembah Cawan. Bagaimana Dinda? Apakah kau bersedia melakukannya?"

"Hanya seorang ibu pendosa yang tak mau hidup berperihatin demi darah dagingnya sendiri, Kanda."

"Bagus, Dinda."

"Apakah ada pesan lain dari Paman Bisma?"

"Pesan Eyang Buyut selanjutnya, agar kau menggugurkan tapa bratamu ketika merasa akan melahirkan si jabang bayi. Sesudah putera kita terlahir, berikanlah nama Parikesit!"

"Akan aku laksanakan pesan Paman Bisma." Utari terdiam sesaat. "Lantas bagaimana dengan Kanda sendiri? Bukankah Kanda akan mengantarkanku sampai Lembah Cawan?"

"Tidak. Sebagai prajurit Pandawa, aku harus kembali ke perkemahan Glagah Tinulu. Menunaikan kewajiban sebagai prajurit dalam perang Bharatayuda." Wajah Abimanyu sontak serupa bentangan langit berselimutkan awan tipis. "Tapi.... Jangan khawatir! Dalam perjalanan menuju Lembah Cawan dan selama melakukan tapa brata, kau akan mendapatkan perlindungan dari Kakang Semar. Karenanya, segeralah berkemas! Pergilah ke Lembah Cawan! Doaku menjadi sahabat perjalananmu."

Tanpa sepatah kata yang perlu diucapkan lagi, Utari beranjak dari ranjang. Demikian pula dengan Abimanyu. Mereka keluar dari ruangan itu dengan erat bergandengan tangan. Mereka seperti sepasang kekasih yang seolah tak akan bertemu lagi untuk selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun