Bila tiba satu kata, Kalimat sepilah yang terbata
Bila tiba satu suara, suara lantanglah yang berbicara
Mas Wiji
Aku ini anak desa, Sama sepertimu kala kau mengayuh sepeda
Aku ini seorang pemuda, Sama sepertimu kala kau melawan penguasa
Mas wijiÂ
Aku suka sajak sajakmu, Hingga penguasa takut padamu
Kau katakan lawan ! Moncong senapan lumpuh berhamburan
Kau katakan peringatan ! Penguasa lari kocar kacir ketakutan
Mas wiji
Aku minta maaf, kata kataku tak bisa istirahat
Aku masih percaya bahwa kemenangan bukan utopia
Seperti sajak yang kau tulis untuk adikmu, Kita lah yang akan memberi senyum untuk masa depan
Mas wiji
Kau selalu katakan di sajakmu , Apa gunanya ilmu tinggi, Kalau untuk mengibuli
Apa gunanya baca buku, Kalau mulut dibungkam melulu
Mas wiji
Damailah ragamu disana, Teruslah hidup dijiwa jiwa kamiÂ
Biarkan rima tetap menjadi bara, Frasa tetap menjadi penghapus luka, Diksi tetap menjadi mentari
Kata kata tetap menjadi senjata !