Klaim Kebenaran Tanpa Paksaan Adalah Kebaikan di Jerman
Kebebasan berkeyakinan karena itu termasuk dasar tar juga hak untuk pindah agama termasuk keluar dari Islam. Maka pluralitas dalam hal agama mengacu pada kenyataan  bahwa manusia memiliki berbagai macam agama dan keyakinan yang berbeda-beda termasuk klaim kebenaran dari warga Jerman.
Dikutip Konvertiten aus der Sicht des Islam, Agama Islam dan Jerman memiliki kesamaan kebebasan berkeyakinan penuh atas pilihannya. Â Keputusan itu harus didasarkan, jika tidak berikan tidak ada cara untuk menguji orang-orang percaya di dunia ini.
Berdasarkan penjelasan di atas, Â sejauh mana Umat Islam memiliki kepastian agar siap untuk solusi atas masalah tertentu yang melampaui individu berbeda dan konteks nasional satu buat level umum melalu pendidikan. Ini sih meringankan beban negara sehingga orang Muslim Jerman berkontribusi membangun Jerman semakin maju.
Di tengah-tengah kemajuan negara Jerman isu kebebasan dalam agama menjadi daya tarik saya dan teman-teman terintegrasi paham atas keberagaman pilihan. Kita bebas menentukan yang terbaik di antara yang terbaik berdasarkan berbagai sudut pandang. Dari beberapa agama, Jerman memperbolehkan klaim kebenaran tanpa memaksa asalkan berkontribusi membangun Jerman semakin maju.
Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Frank-Walter Steinmeier dalam pendidikan untuk semua kalangan. Kami mendukung setiap kebijakan pendidikan untuk semua kalangan begitu juga dukung kebijakan kepada rekan kemendikbud, Â Nadiem Makarim untuk menghilangkan ketimpangan pendidikan di pelosok Indonesia.
Kurikulum dan Tema Pendidikan Agama Islam Di Jerman
Jerman menawarkan pelajaran agama untuk anak-anak Muslim adalah ide yang cukup lama tapi bagi anak-anak non-muslim sebuah ide yang luar biasa hebat di Jerman. Pada dasarnya bukan  untuk menyebarkan keyakinan tapi memberitahukan bahwa bahwa gagasan Islam bukan ekstremisme, bukan radikalisme, bukan intoleranisme dan bukan terorisme karena tidak ada keterkaitan yang kuat antara Nabi Muhammad dengan ekstremisme, radikalisme, intoleranisme dan terorisme.