Mohon tunggu...
Abah Pitung
Abah Pitung Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pengamat Politik & Sosial Ekonomi yang sangat Sadar pada tingkat bawah sadar. Sangat setuju agar Koruptor besar dihukum mati dan perilaku mereka sebenarnya sudah mengabaikan serta meniadakan Allah SWT., dalam kehidupannya ketika berbuat korupsi. KORUPTOR adalah PENJAHAT NEGARA dan BANGSA INDONESIA sampai dunia kiamat. Vonis hukuman bagi Koruptor, bukanlah nilai yang bisa impas atas kejahatan Korupsi. Email ke : abahpitungkite@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sesat Pikir Dari Orang Tersesat

1 Mei 2014   17:28 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:58 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13989146051996939439

Saya memperhatikan berbagai tulisan yang bergentayangan di Kompasiana, terutama dari beberapa orang yang terlihat nyata, mereka seolah-olah saling mendukung karena satu paham, satu kejamaatan dan kepercayaan, satu misi negatif untuk pembenaran pendapatnya serta dalam jangka panjang bemuatan merusak semangat para Kompasianer lainnya produktif dalam menulis. Bagi Kompasianer pendatang baru yang memiliki tujuan baik untuk produktif menulis, tentu akan sedikit terpengaruh jika mereka melihat berbagai isi tulisan diruang filsafat yang isinya penuh dengan berbagai istilah asing untuk model sesat pikir. Saya ingatkan kepada anda abaikan saja tulisan dia masih banyak referensi lainya. Sangat terlihat rupanya sang penulis ini bernafsu sekali agar dia bisa dikatakan sangat ilmiah, sangat pintar, sangat piawai di seantero Indonesia dan mungkin dunia harapannya. Hal ini sangat terlihat, dia memanfaatkan kalimat pertanyaan dari seseorang lalu dia sempatkan sebesar-besarnya untuk bermasturbasi hasrat pamer keilmiahannya bahwa dia sebagai seorang yang telah membuat tulisan bertingkat dunia dan dirinya telah lama mengondol berbagai predikat ke-ilmiahan bahkan pada tingkat dunia seolah-olah batok kepala dia, tiga kali lebih besar dari kepala kita rata-rata.

Kita sebagai penulis, pastilah suka membaca bahkan yang bisa kita baca, tidak hanya pengertian textualnya atau kontextualnya saja, akan tetapi bisa membaca apa dibalik dan dibelakang missi tulisan tersebut. Kalau kita amati secara seksama, banyak isi tulisannya yang mengandung missi halus untuk memburukkan serta menyalahkan pihak lain, berkesan menulis itu sulit harus tahu methodologinya yang tinggi, setiap kalimat jangan mengandung itu dan mengandung ini, lalu melakukan pembenaran atas pendapat dirinya bahwa pendapat dirinyalah yang paling benar selama ini dan pendapat orang lain dalam tulisan tidak ilmiah, serampangan serta salah. Lucunya dia sangat mendukung sebuah komentar walaupun sesat pikir, merendahkan orang, melecehkan orang, karena isi komentar itu mendukung kesesatan pikir yang tak disadari dirinya. Disinilah ambigu dari dirinya yang merasa paling pintar sedunia padahal sebaliknya.

Membaca judul tulisan ini, tentu asosiasi anda semua sudah sedemikian parahkah orang tersebut ? Ya tentu saja. Kita membaca dari salah satu tulisannya, bahwa orang ini memiliki prinsip paham yang mendalam, bahwa satu tambah satu tambah satu sama dengan satu. Sedangkan kita semua memahami 1+1+1 = 3. Disinilah saya mengatakan kesesatan berpikirnya yang menjiwainya dan pastilah untuk meyakinkan kita semua, dia akan melakukan upaya maksimal pembenaran bahwa 1+1+1=1. Memang hanya dengan pembenaran sajalah pola pikir itu bisa diterima dan itu merupakan kontradiktif dengan berpikir logis pada umumnya inilah sesat pikir yang sebenarnya. Berpijak dari argumentasi inilah, banyak orang seperti dia berupaya belajar ilmu pembenaran bahkan dicari sampai pada tingkat dunia dan ilmu inilah yang sekarang dia bangga-banggakan untuk pembenaran yang tidak benar dan tidak tertutup adanya orang disekelingnya turut serta berdecak terkagum-kagum setengah menyembah serta mengidolakannya. Kita ketahui ilmu yang dimiliki oleh manusia sampai saat ini, hanya bagaikan setetes air saja jika dibandingkan dengan maha luasnya ilmu dunia yang disebarkan Yang Maha Kuasa Allah Swt. Otak kita saja hanya lebih besar sedikit dari dua kepalan tangan kita, itupun tidak keseluruhannya merupakan sel memori. Betapa kita ini sebagai seonggok air protein yang ditopang tulang calsium dan disitu ada sejumput kecil air yang namanya otak dan otak inilah yang selama ini menjadi kebanggaan kita yang semu dan membuat kita sok paling pintar, paling tahu, paling sempurna yang membuat kita menyombongkan diri. Padahal otak dan akal yang diberikan Allah Swt. adalah untuk disyukuri maksimal dan untuk mencari kebenaran yang hak agar di-Imani dan bukan memahami, menghayati, menjiwai pembenaran yang salah (hidup dalam kesesatan).

Berdialog dan berargumentasi kepada orang model seperti diatas, tidak akan nyambung dengan pemikiran kita yang umum, karena pemikiran dia dalam menggunakan otaknya selama ini sudah terpola budaya dengan kontra ilmiah dari berpikirnya manusia pada umumnya. Oleh karena itu dominan kata-kata asing dalam tulisannya adalah sebagai kompensasi psikologis untuk menutupi tuna wawasan yang dia miliki. Kengototan argumentasi yang dia sampaikan, disertai dengan asal-usul keetnisan dia adalah ingin menunjukkan superioritas keetnisannya yang telah lama diterpurukkan sendiri oleh budaya mereka sendiri. Padahal etnis lain dalam produktifitas serta sumbangan persatuan dan kesatuan NKRI sudah lama lebih jauh membaikkan jati diri Nasional dalam jangka panjang. (Abah Pitung)

Salam Kompasiana.

Sesat Pikir Koq HL ?



Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun