Mohon tunggu...
Tri Sapta Mw
Tri Sapta Mw Mohon Tunggu... Menulis untuk menambah pengetahuan. Amunisi menulis adalah membaca.

Bekerja di Sekolah Tetum Bunaya Cipedak Jagakarsa Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tiga Wanita Penuh Inspirasi

19 Maret 2025   23:53 Diperbarui: 20 Maret 2025   00:17 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Astagfirullahaladzim, sebelum menulis ini saya memohon ampun kepada Allah, apabila dalam hati ada kagum. Agar mereka yang saya kagumi  terjaga dari ain. Lebih baik sebelum membaca lebih lanjut membaca doa.  

A'udzu bikalimtillhit-tmmti min kulli syaithnin wa hmmah wa min kulli 'ainin lmmah.

Orang yang inspiratif biasanya memiliki ciri-ciri berikut:

1. Memiliki Visi dan Tujuan yang Jelas

     Mereka tahu apa yang ingin dicapai dan memiliki misi yang lebih besar dari diri sendiri.

 2. Berpikir Positif dan Optimis

     Mampu melihat peluang dalam setiap tantangan dan tetap tenang dalam menghadapi kesulitan.

 3. Konsisten dan Berkomitmen

     Tidak mudah menyerah dan selalu berusaha mencapai tujuan dengan disiplin tinggi.

 4. Rendah Hati dan Mudah Bergaul

     Tidak sombong meskipun sukses, serta menghargai orang lain tanpa memandang status.

 5. Mampu Menginspirasi Melalui Tindakan, Bukan Hanya Kata-kata

     Mereka bukan hanya berbicara, tetapi juga menunjukkan melalui tindakan nyata.

 6. Peduli dan Mau Membantu Orang Lain

     Memiliki empati tinggi, senang membantu, dan berbagi ilmu atau pengalaman.

 7. Fleksibel dan Terbuka terhadap Perubahan

     Mudah beradaptasi dengan situasi baru dan selalu belajar dari pengalaman.

 8. Memiliki Integritas dan Kejujuran

     Tidak mudah tergoda untuk mengambil jalan pintas dan selalu berpegang pada nilai moral.

 9. Mampu Mengelola Emosi dengan Baik

     Tidak mudah terpancing emosi negatif dan bisa menghadapi situasi sulit dengan kepala dingin.

 10. Mampu Memberikan Motivasi kepada Orang Lain

     Kata-kata dan tindakan mereka memberikan semangat bagi orang-orang di sekitarnya.

Nenek, Sosok Disiplin

Hingga  SMA saya sering bersama beliau. Banyak pelajaran yang saya petik dari beliau.Walau saya tidak bisa seperti beliau, saya kecil banyak menyerap secara visual, melihat perjuangan beliau.  
Disiplin
Kakek saya meninggal tahun 1965, ketika anak pertama masih sekolah di PGA, julak  (budhe) saya.  Ibu saya, sekolah Bidan. Adik-adik ibu saya masih kecil. Mendengar cerita saudara Ibu, pasca Kai (Kakek: bahasa Banjar) pensiun. Sebelumnya Kai bekerja di PU, membuat irigasi di Tanah Laut, Kalimantan Selatan.  
Hidup mereka prihatin, tinggal di pinggiran hutan, dengan rumah beratap rumbia (sejenis pohon Palma penghasil Sagu). Dinding rumah berupa Kajang (anyaman bambu). Setelah Kai meninggal tante saya, sempat berjualan kue berkeliling kampung, olahan nenek saya.  

Setelah Julak dan Ibu saya bekerja, tante-tante saya ada yang tinggal dengan julak di Banjarbaru dan ada ikut Ibu saya di Binuang, Kalimantan Selatan.

Nenek tadinya tinggal di Banjarbaru, beliau membuat kue Sagon, Kue sagon terbuat dari bahan utama tepung ketan atau tepung sagu, yang dicampur dengan kelapa parut, gula, dan sedikit garam. Tante saya yang menjual berkeliling sepulang sekolah.

Ketika ibu saya mempunyai bayi, Nini (nenek: bahasa Banjar) tinggal di rumah Ibu saya. Hingga adik bungsu saya lahir. Ada lowongan tukang masak di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP). Nenek menjadi penanggung jawab atas ketersediaan konsumsi peserta pelatihan, sering lebih dari seratus orang.  
1. Menyiapkan dan Memasak Makanan

    Memasak menu harian untuk peserta pelatihan dan staf.

    Menyesuaikan menu dengan kebutuhan gizi dan kesehatan peserta.

    Memastikan makanan dimasak dengan higienis dan sesuai standar.

2. Perencanaan Menu dan Bahan Baku

    Membuat menu mingguan atau bulanan yang bervariasi dan seimbang.

    Menghitung kebutuhan bahan makanan agar cukup dan tidak terbuang sia-sia.

    Bekerja sama dengan manajemen untuk memastikan ketersediaan bahan makanan.

3. Pengelolaan Dapur dan Peralatan Masak

    Memastikan kebersihan dapur dan area penyimpanan bahan makanan.

    Menggunakan dan merawat peralatan masak agar tetap berfungsi dengan baik.

    Mematuhi standar keselamatan dan kebersihan kerja di dapur.

4. Penyajian dan Distribusi Makanan

    Menyajikan makanan dengan tampilan yang menarik dan sesuai porsi.

    Mengatur jadwal makan agar sesuai dengan kegiatan peserta pelatihan.

    Memastikan semua peserta mendapatkan makanan dengan adil.

5. Manajemen Keamanan dan Higienitas

    Mematuhi standar keamanan pangan agar makanan tetap sehat dan aman dikonsumsi.

    Menghindari bahan makanan yang sudah kadaluwarsa atau terkontaminasi.

    Mengikuti prosedur sanitasi dan kebersihan sesuai peraturan yang berlaku.

Saya ingat usia sekitar 6-11 tahun (1976-1981) Nenek dan karyawan lain memasak dalam jumlah besar menggunakan kayu, belum ada kompor gas. Pagi-pagi nenek belanja di pasar Binuang, pulangnya menggunakan beca. Penuh dengan  sayur dan bahan mentah lauk pauk. Sebelumnya sudah mengolah untuk sarapan peserta pelatihan.  
Mustahil bila nenek tidak displin semua berjalan lancar. Hal yang paling ingat setelah nenek pensiun dan menemani saya di Banjarbaru, sekolah SMA, saat kenaikan kelas nenek memberi jam tangan dengan harga lumayan, kata beliau agar saya mengingat waktu dan disiplin, dan jam tangannya awet.  

Jam tangan tersebut bertahan bertahun-tahun, hingga saya kuliah di UGM. Jauh dari  Nenek, pelajaran disiplinnya terbawa dengan simbol jam tangan.  
Pernah saya mempunyai buku resep kue khas Banjar,  yang saya catat dari Nenek. Sayang buku tersebut hilang, dan saya tidak mewarisi kemampuan takaran kira-kira ala Nenek. Kue paling saya ingat adalah Amparan Tatak, kue talam pisang khas Kalimantan Selatan. Lembut lapisan atas dan kokoh lapisan bawah bila takarannya tidak pas, akan menjadi kue gagal. Untung saja resep kue tersebut sekarang bersileweran di internet,
Memasak adalah masalah  disiplin bagi kehidupan Nenek, itu yang terekam dalam memori saya.  
 
Mama, Sosok Sabar, Lembut, dan Penyayang

Saya bersama beliau hingga saya berusia 15 tahun, selanjutnya saya ikut tante untuk sekolah SMA di Banjarbaru. Periode berikutnya saya terpisah jauh dari Mama, 7 tahun di Yogya dan 28 tahun di Jakarta.  

Memorable tentang sifat beliau terpatri. Mama pernah berkata mencubit hanya sekali tetapi dalam waktu lama diingat oleh saya. Ya betul Mama hanya sekali mencubit dan hampir tak pernah marah sama saya. Adik saya bertanya mengapa saya Mama tak pernah marah sama kakak.  

Orang baik-baik saja kenapa harus dimarahin. Tetapi menurut hemat saya karena beliau menguasi emosi dengan baik, plus men-delivery emosi marah dengan takaran pas. Beliau sangat memilih kata bila marah, intonasipun tak terdengar tinggi. Beliau sangat heran bila kami, anak-anak beliau, marah pada cucu beliau dengan oktaf tinggi, verbal tak bagus dan perilaku kasar. Benar hal itusangat direkam oleh anak. Ketidakdewasaan kita dalam mengelola emosi, anak yang menjadi korban.  

Kesabaran dan sifat penyayang Mama, membuat adik saya, waktu mudanya begitu, menjadi sekarang sosok adik, membuat saya kagum. Kesabaran dan doa-doa Mama, proses pencarian jati diri adik berjalan lancar, meski sebelumnya berliku.  

 

Kak EWS, pejuang Literasi

Dalam perjalanan hidup, timeline hidup  saya bertemu dengan Kak EWS. Waktu saya remaja di Kalimantan, pernah baca-baca majalah Femina, milik Mama.  Ketika saya bekerja di sekolah Tetum Bunaya, beliau pendiri sekolah.  

Kak Endah adalah seorang pendidik dan penulis buku anak-anak  yang memulai kariernya sebagai jurnalis di majalah Femina.

    Beliau bekerja di Femina Group dari November 1986 hingga Juli 2005, menjabat sebagai editor serta turut serta dalam persiapan dan peluncuran Reader's Digest Indonesia antara tahun 2002 dan 2005.

    Setelah menekuni dunia jurnalistik, Kak Endah beralih ke bidang pendidikan dengan mendirikan Sekolah Tetum Bunaya, tempat beliau mengajar sejak Januari 2001.

    Kecintaannya terhadap dunia bercerita membawanya menjadi penulis buku anak-anak, dengan beberapa karyanya mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

    Kak Endah juga aktif berbagi wawasan dan pengalamannya melalui blog pribadinya dan media sosial.

Saya menulis dengan niatan, agar perjuangan beliau,  sebagai sosok pejuang Literasi bisa kita ikuti.
Pembelajaran literasi di sekolah tetum berjalan lembut dan lancar karena tangan dingin beliau.  

Semisal pembelajaran tentang paragraf bisa diawali dengan membuat paraburger, lapisan atas kertas cokelat, dalamnya ada sayuran, daging, keju, biasanya murid membuatnya dari barang bagus. Roti bagian bawah juga terbuat dari kertas samson, sering juga dari amplop cokelat sudah tak terpakai, penting kebersihannya terjaga.
Selanjutnya membuat tulisan dengan unsur pembuka, isi, dan penutup. Pertemuan ketiga biasanya mengolah burger beneran  adik makan bersama. Sebuah pelajaran literasi yang indah bukan bagi murid. Tentu akan banyak paragraf bila menulis pelajaran literasi beliau.

Ketiga wanita tersebut diam-diam tersimpan dalam hati sebagai juklak tak tertulis  agar berpenghidupan selaras dengan ketaqwaan pada Allah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun