Mohon tunggu...
Tri Sapta Mw
Tri Sapta Mw Mohon Tunggu... Menulis untuk menambah pengetahuan. Amunisi menulis adalah membaca.

Bekerja di Sekolah Tetum Bunaya Cipedak Jagakarsa Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tiga Wanita Penuh Inspirasi

19 Maret 2025   23:53 Diperbarui: 20 Maret 2025   00:17 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kak EWS, pejuang Literasi

Dalam perjalanan hidup, timeline hidup  saya bertemu dengan Kak EWS. Waktu saya remaja di Kalimantan, pernah baca-baca majalah Femina, milik Mama.  Ketika saya bekerja di sekolah Tetum Bunaya, beliau pendiri sekolah.  

Kak Endah adalah seorang pendidik dan penulis buku anak-anak  yang memulai kariernya sebagai jurnalis di majalah Femina.

    Beliau bekerja di Femina Group dari November 1986 hingga Juli 2005, menjabat sebagai editor serta turut serta dalam persiapan dan peluncuran Reader's Digest Indonesia antara tahun 2002 dan 2005.

    Setelah menekuni dunia jurnalistik, Kak Endah beralih ke bidang pendidikan dengan mendirikan Sekolah Tetum Bunaya, tempat beliau mengajar sejak Januari 2001.

    Kecintaannya terhadap dunia bercerita membawanya menjadi penulis buku anak-anak, dengan beberapa karyanya mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

    Kak Endah juga aktif berbagi wawasan dan pengalamannya melalui blog pribadinya dan media sosial.

Saya menulis dengan niatan, agar perjuangan beliau,  sebagai sosok pejuang Literasi bisa kita ikuti.
Pembelajaran literasi di sekolah tetum berjalan lembut dan lancar karena tangan dingin beliau.  

Semisal pembelajaran tentang paragraf bisa diawali dengan membuat paraburger, lapisan atas kertas cokelat, dalamnya ada sayuran, daging, keju, biasanya murid membuatnya dari barang bagus. Roti bagian bawah juga terbuat dari kertas samson, sering juga dari amplop cokelat sudah tak terpakai, penting kebersihannya terjaga.
Selanjutnya membuat tulisan dengan unsur pembuka, isi, dan penutup. Pertemuan ketiga biasanya mengolah burger beneran  adik makan bersama. Sebuah pelajaran literasi yang indah bukan bagi murid. Tentu akan banyak paragraf bila menulis pelajaran literasi beliau.

Ketiga wanita tersebut diam-diam tersimpan dalam hati sebagai juklak tak tertulis  agar berpenghidupan selaras dengan ketaqwaan pada Allah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun