Pada bait pertama, terdapat ungkapan yang melukiskan perasaan mendalam terhadap seseorang. Baris "Bulan menyebarkan aroma berahi dari tubuhnya" digunakan untuk menghadirkan gambaran bahwa bulan perumpamaan untuk mewakili sosok wanita. Artinya, Rendra berusaha memperlihatkan bagaimana seorang wanita dapat memancarkan pesona dan daya tariknya. Bulan di sini dipersonifikasikan sebagai lambang keindahan atau kecantikan. Dalam konteks puisi ini, sosok yang dimaksud adalah wanita. Adapun kata berahi menggambarkan perasaan yang lazim muncul di antara lawan jenis.
Baris kedua, "Yang lalu melekat di daun-daun pohon tanjung yang gemetaran," Pohon ini melambangkan kemuliaan dan keagungan kepada Sang Pencipta. Gambaran daun yang gemetar ini memberi kesan bahwa daun-daun tersebut siap untuk luruh. Hal ini mencerminkan kenyataan bahwa meski usia bertambah dan daya tarik secara fisik perlahan memudar, pesona seorang perempuan tetap akan selalu melekat.
Baris ketiga kucing jantan digunakan sebagai simbol laki-laki yang tengah mengerang, mengekspresikan kerinduan, kesedihan, serta keinginan yang ia simpan diam-diam. Ini menunjukkan bagaimana seorang laki-laki seringkali menutupi perasaannya. Sementara itu, baris keempat hingga keenam tidak mengandung simbol khusus, tetapi tetap menegaskan bagaimana laki-laki mengekspresikan perasaannya. Baris keempat, "Mengucapkan puisi yang tak bisa ia tuliskan" berarti menekankan bahwa laki-laki sering sulit mengungkapkan isi hati yang selama ini dipendam. Begitu pula pada baris kelima dan keenam, maknanya menekankan ketidakmampuan laki-laki untuk sepenuhnya mengungkapkan perasaan mendalamnya kepada perempuan.
"Aku tulis sajak cintaku iniÂ
Karena tak bisa kubisikan kepadamu,
Rindu mengarungi senin, selasa, rabu dan seluruh minggu.Â
Menetes bagaikan air liur langit yang menjadi
bintang-bintang."
Pada bait kedua, penyair menegaskan kembali betapa seorang laki-laki dalam puisi ini tidak mampu mengungkapkan perasaan cintanya secara langsung. Ketidakmampuan ini bahkan digambarkan terus berlangsung setiap waktu, dari hari ke hari. Pada baris kesepuluh, digunakan simbol-simbol alam semesta, yaitu air liur langit dan bintang-bintang. Istilah air liur langit dapat diartikan sebagai hujan, tetapi Rendra sengaja tidak menggunakan kata air mata seperti biasanya, untuk menunjukkan bahwa rasa sedih dan rindu di sini lahir dari keinginan yang disadari, bukan semata-mata kesedihan yang pasif. Sementara itu, simbol bintang-bintang melambangkan betapa rasa rindu dan sedih itu telah berlangsung lama dan berulang, sebanyak bintang-bintang di langit.
Kristal-kristal harapan dan keinginanÂ
berkilat-kilat hanyut di air kaliÂ