Cerminan Realitas Kehidupan dalam Puisi "Barangkali Karena Bulan" Karya W.S
Rendra
Kritik Sastra : Pendekatan Mimetik
Bagian Interpretasi -- Awal
Karya sastra tidak hanya mengandung makna keindahan namun juga
mengandung makna di dalamnya. Puisi merupakan karya sastra yang bersifat
imajinatif, dirangkai dengan kata yeng estetis dan sederhana. Puisi dapat menjadi
motivasi bagi para pembaca terlebih untuk pecinta menulis. Karya sastra puisi
merupakan penuangan pengalaman sosial maupun kehidupan individu dari penyair
yang diungkapkan dengan sebuah cara tertentu sehingga banyak orang yang dapat
membacanya. W.S Rendra adalah seorang penyair yang memiliki ciri khas dalam
hal karya puisi yang ia buat. W.S Rendra memiliki kecenderungan menuangkan
karya sastranya menegnai pengalaman pribadi termasuk pengalaman masa muda
dan ungkapan kerinduan kepada seseorang.
Bagian Analisis -- Deskripsi
Pendekatan mimetik dilakukan pada puisi "Barangkali Karena Bulan" karya
W.S Rendra dan bertujuan untuk mencari mengenai pemaknaan terhadap realita
yang ada pada puisi. Serta memahami gagasan dan makna ide utama yang
dituangkan oleh W.S Rendra dalam puisi "Barangkali Karena Bulan"
"Bulan menyebarkan aroma berahi dari tubuhnya
Yang lalu melekat di daun-daun pohon tanjung yang gemetaran
Seekor kucing jantan mengerang dengan suara ajaib
Mengucapkan puisi yang tak bisa ia tuliskan
Dan, Ma, aku meraih sukmamu
Yang jauh dari jangkauanku. "
Pada bait pertama, terdapat ungkapan yang melukiskan perasaan mendalam
terhadap seseorang. Baris "Bulan menyebarkan aroma berahi dari tubuhnya"
digunakan untuk menghadirkan gambaran bahwa bulan perumpamaan untuk
mewakili sosok wanita. Artinya, Rendra berusaha memperlihatkan bagaimana
seorang wanita dapat memancarkan pesona dan daya tariknya. Bulan di sini
dipersonifikasikan sebagai lambang keindahan atau kecantikan. Dalam konteks
puisi ini, sosok yang dimaksud adalah wanita. Adapun kata berahi menggambarkan
perasaan yang lazim muncul di antara lawan jenis.
Baris kedua, "Yang lalu melekat di daun-daun pohon tanjung yang
gemetaran," Pohon ini melambangkan kemuliaan dan keagungan kepada Sang
Pencipta. Gambaran daun yang gemetar ini memberi kesan bahwa daun-daun
tersebut siap untuk luruh. Hal ini mencerminkan kenyataan bahwa meski usia
bertambah dan daya tarik secara fisik perlahan memudar, pesona seorang
perempuan tetap akan selalu melekat.
Baris ketiga kucing jantan digunakan sebagai simbol laki-laki yang tengah
mengerang, mengekspresikan kerinduan, kesedihan, serta keinginan yang ia simpan
diam-diam. Ini menunjukkan bagaimana seorang laki-laki seringkali menutupi
perasaannya. Sementara itu, baris keempat hingga keenam tidak mengandung
simbol khusus, tetapi tetap menegaskan bagaimana laki-laki mengekspresikan
perasaannya. Baris keempat, "Mengucapkan puisi yang tak bisa ia tuliskan" berarti
menekankan bahwa laki-laki sering sulit mengungkapkan isi hati yang selama ini
dipendam. Begitu pula pada baris kelima dan keenam, maknanya menekankan
ketidakmampuan laki-laki untuk sepenuhnya mengungkapkan perasaan
mendalamnya kepada perempuan.
"Aku tulis sajak cintaku ini
Karena tak bisa kubisikan kepadamu,
Rindu mengarungi senin, selasa, rabu dan seluruh minggu.
Menetes bagaikan air liur langit yang menjadi
bintang-bintang."
Pada bait kedua, penyair menegaskan kembali betapa seorang laki-laki
dalam puisi ini tidak mampu mengungkapkan perasaan cintanya secara langsung.
Ketidakmampuan ini bahkan digambarkan terus berlangsung setiap waktu, dari hari
ke hari. Pada baris kesepuluh, digunakan simbol-simbol alam semesta, yaitu air liur
langit dan bintang-bintang. Istilah air liur langit dapat diartikan sebagai hujan, tetapi
Rendra sengaja tidak menggunakan kata air mata seperti biasanya, untuk
menunjukkan bahwa rasa sedih dan rindu di sini lahir dari keinginan yang disadari,
bukan semata-mata kesedihan yang pasif. Sementara itu, simbol bintang-bintang
melambangkan betapa rasa rindu dan sedih itu telah berlangsung lama dan
berulang, sebanyak bintang-bintang di langit.
Kristal-kristal harapan dan keinginan
berkilat-kilat hanyut di air kali
membentur batu-batu yang tidur
Gairah kerja di siang hari
Di malam hari menjadi gelora asmara
Kerna bintang-bintang, pohon tanjung
Angin, dan serangga malam
Bait ketiga merupakan sebuah penggambaran perasaan yang juga dilakukan
penyair akibat dari pengungkapan perasaan yang tidak bisa diungkapkan. Harapan
dan keinginan digambarkan bagaikan kristal yang hanyut terbawa arus sungai,
terbentur batu, dan tak sampai pada tujuan. Semangat di siang hari berubah jadi
hasrat cinta di malam hari, ditemani bintang, pohon, angin, dan serangga malam.
Ma, tubuhmu yang lelap tidur
Terbaring di atas perahu layar
Hanyut di langit
Mengarungi angkasa raya
Bait terakhir dalam puisi dapat dijadikan sebagai sebuah pergantian makna.
Menegaskan makna rindu yang terpendam pada bait-bait sebelumnya. Sosok yang
dicintai digambarkan sedang tertidur lelap di atas perahu layar yang hanyut di
langit, seolah berlayar di angkasa. Gambaran ini menunjukkan suasana malam yang
damai, menekankan ketenangan dan kenyamanan tidurnya.
Bagian Evaluasi - Penilaian
Puisi "Barangkali Karena Bulan karya WS Rendra, ini menyajikan
pemaknaan mengenai realitas penggambaran wanita, cinta, dan rasa rindu yang
dirasakan oleh seorang laki-laki menggunakan penggambaran simbol-simbol tiruan
alam. Simbol-simbol ini antara lain adalah bulan, angin, bintang, langit, dan
sebaganya. Puisi ini memberikan penggambaran lain selain pemaknaan realitas,
yakni tentang pemaknaan terhadap sebuah latar dimana pembaca bisa
membayangkan sebuah latar dengan pemberian simbol-simbol yang
menggambarkan mengenai latar malam. Perasaan rindu, cinta, dan kekaguman
yang dirasakan pada puisi ini menjadi pelengkap dalam sebuah penciptaan makna.
Penggambaran bulan sebagai simbolik untuk menggambarkan keindahan seorang
perempuan merupakan tanda kekaguman dan bentuk penuangan realitas mengenai
perasaan cinta melalui makna simbolik yang dilakukan oleh W.S Rendra, sehingga
dalam pemaknaan karya puisi, pembaca dapat mengerti dan memaknai berdasarkan
alur dan simbolik makna serta realitas yang tepat
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI