Mohon tunggu...
RengganisAtifah
RengganisAtifah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Rengganis atifah setyaningrum

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Cerminan Realitas Kehidupan dalam Puisi "Barangkali Karena Bulan" Karya W.S Rendra

16 Juni 2025   20:55 Diperbarui: 16 Juni 2025   20:54 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Cerminan Realitas Kehidupan dalam Puisi "Barangkali Karena Bulan" Karya W.S

Rendra

Kritik Sastra : Pendekatan Mimetik

Bagian Interpretasi -- Awal

Karya sastra tidak hanya mengandung makna keindahan namun juga

mengandung makna di dalamnya. Puisi merupakan karya sastra yang bersifat

imajinatif, dirangkai dengan kata yeng estetis dan sederhana. Puisi dapat menjadi

motivasi bagi para pembaca terlebih untuk pecinta menulis. Karya sastra puisi

merupakan penuangan pengalaman sosial maupun kehidupan individu dari penyair

yang diungkapkan dengan sebuah cara tertentu sehingga banyak orang yang dapat

membacanya. W.S Rendra adalah seorang penyair yang memiliki ciri khas dalam

hal karya puisi yang ia buat. W.S Rendra memiliki kecenderungan menuangkan

karya sastranya menegnai pengalaman pribadi termasuk pengalaman masa muda

dan ungkapan kerinduan kepada seseorang.

Bagian Analisis -- Deskripsi

Pendekatan mimetik dilakukan pada puisi "Barangkali Karena Bulan" karya

W.S Rendra dan bertujuan untuk mencari mengenai pemaknaan terhadap realita

yang ada pada puisi. Serta memahami gagasan dan makna ide utama yang

dituangkan oleh W.S Rendra dalam puisi "Barangkali Karena Bulan"

"Bulan menyebarkan aroma berahi dari tubuhnya

Yang lalu melekat di daun-daun pohon tanjung yang gemetaran

Seekor kucing jantan mengerang dengan suara ajaib

Mengucapkan puisi yang tak bisa ia tuliskan

Dan, Ma, aku meraih sukmamu

Yang jauh dari jangkauanku. "

Pada bait pertama, terdapat ungkapan yang melukiskan perasaan mendalam

terhadap seseorang. Baris "Bulan menyebarkan aroma berahi dari tubuhnya"

digunakan untuk menghadirkan gambaran bahwa bulan perumpamaan untuk

mewakili sosok wanita. Artinya, Rendra berusaha memperlihatkan bagaimana

seorang wanita dapat memancarkan pesona dan daya tariknya. Bulan di sini

dipersonifikasikan sebagai lambang keindahan atau kecantikan. Dalam konteks

puisi ini, sosok yang dimaksud adalah wanita. Adapun kata berahi menggambarkan

perasaan yang lazim muncul di antara lawan jenis.

Baris kedua, "Yang lalu melekat di daun-daun pohon tanjung yang

gemetaran," Pohon ini melambangkan kemuliaan dan keagungan kepada Sang

Pencipta. Gambaran daun yang gemetar ini memberi kesan bahwa daun-daun

tersebut siap untuk luruh. Hal ini mencerminkan kenyataan bahwa meski usia

bertambah dan daya tarik secara fisik perlahan memudar, pesona seorang

perempuan tetap akan selalu melekat.

Baris ketiga kucing jantan digunakan sebagai simbol laki-laki yang tengah

mengerang, mengekspresikan kerinduan, kesedihan, serta keinginan yang ia simpan

diam-diam. Ini menunjukkan bagaimana seorang laki-laki seringkali menutupi

perasaannya. Sementara itu, baris keempat hingga keenam tidak mengandung

simbol khusus, tetapi tetap menegaskan bagaimana laki-laki mengekspresikan

perasaannya. Baris keempat, "Mengucapkan puisi yang tak bisa ia tuliskan" berarti

menekankan bahwa laki-laki sering sulit mengungkapkan isi hati yang selama ini

dipendam. Begitu pula pada baris kelima dan keenam, maknanya menekankan

ketidakmampuan laki-laki untuk sepenuhnya mengungkapkan perasaan

mendalamnya kepada perempuan.

"Aku tulis sajak cintaku ini

Karena tak bisa kubisikan kepadamu,

Rindu mengarungi senin, selasa, rabu dan seluruh minggu.

Menetes bagaikan air liur langit yang menjadi

bintang-bintang."

Pada bait kedua, penyair menegaskan kembali betapa seorang laki-laki

dalam puisi ini tidak mampu mengungkapkan perasaan cintanya secara langsung.

Ketidakmampuan ini bahkan digambarkan terus berlangsung setiap waktu, dari hari

ke hari. Pada baris kesepuluh, digunakan simbol-simbol alam semesta, yaitu air liur

langit dan bintang-bintang. Istilah air liur langit dapat diartikan sebagai hujan, tetapi

Rendra sengaja tidak menggunakan kata air mata seperti biasanya, untuk

menunjukkan bahwa rasa sedih dan rindu di sini lahir dari keinginan yang disadari,

bukan semata-mata kesedihan yang pasif. Sementara itu, simbol bintang-bintang

melambangkan betapa rasa rindu dan sedih itu telah berlangsung lama dan

berulang, sebanyak bintang-bintang di langit.

Kristal-kristal harapan dan keinginan

berkilat-kilat hanyut di air kali

membentur batu-batu yang tidur

Gairah kerja di siang hari

Di malam hari menjadi gelora asmara

Kerna bintang-bintang, pohon tanjung

Angin, dan serangga malam

Bait ketiga merupakan sebuah penggambaran perasaan yang juga dilakukan

penyair akibat dari pengungkapan perasaan yang tidak bisa diungkapkan. Harapan

dan keinginan digambarkan bagaikan kristal yang hanyut terbawa arus sungai,

terbentur batu, dan tak sampai pada tujuan. Semangat di siang hari berubah jadi

hasrat cinta di malam hari, ditemani bintang, pohon, angin, dan serangga malam.

Ma, tubuhmu yang lelap tidur

Terbaring di atas perahu layar

Hanyut di langit

Mengarungi angkasa raya

Bait terakhir dalam puisi dapat dijadikan sebagai sebuah pergantian makna.

Menegaskan makna rindu yang terpendam pada bait-bait sebelumnya. Sosok yang

dicintai digambarkan sedang tertidur lelap di atas perahu layar yang hanyut di

langit, seolah berlayar di angkasa. Gambaran ini menunjukkan suasana malam yang

damai, menekankan ketenangan dan kenyamanan tidurnya.

Bagian Evaluasi - Penilaian

Puisi "Barangkali Karena Bulan karya WS Rendra, ini menyajikan

pemaknaan mengenai realitas penggambaran wanita, cinta, dan rasa rindu yang

dirasakan oleh seorang laki-laki menggunakan penggambaran simbol-simbol tiruan

alam. Simbol-simbol ini antara lain adalah bulan, angin, bintang, langit, dan

sebaganya. Puisi ini memberikan penggambaran lain selain pemaknaan realitas,

yakni tentang pemaknaan terhadap sebuah latar dimana pembaca bisa

membayangkan sebuah latar dengan pemberian simbol-simbol yang

menggambarkan mengenai latar malam. Perasaan rindu, cinta, dan kekaguman

yang dirasakan pada puisi ini menjadi pelengkap dalam sebuah penciptaan makna.

Penggambaran bulan sebagai simbolik untuk menggambarkan keindahan seorang

perempuan merupakan tanda kekaguman dan bentuk penuangan realitas mengenai

perasaan cinta melalui makna simbolik yang dilakukan oleh W.S Rendra, sehingga

dalam pemaknaan karya puisi, pembaca dapat mengerti dan memaknai berdasarkan

alur dan simbolik makna serta realitas yang tepat

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun