Mohon tunggu...
Raihan Tri Atmojo
Raihan Tri Atmojo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, UNS. Saat ini sedang senang terhadap dunia blog dan mencoba menambah wawasan dengan berbagai macam bacaan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Catatan Kecil

23 April 2022   16:57 Diperbarui: 23 April 2022   17:08 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://pixabay.com/id/photos/buku-catatan-buku-harian-catatan-3090133/

Aku yang selama ini memang pendiam dan jarang berbicara dengan perempuan tertampar dengan perkataannya itu. Ya, aku tak bisa terus berdiam diri. Ini mungkin akan menjadi kesempatan yang pertama sekaligus yang terakhir, maka aku tak boleh menyia-nyiakannya. Aku pun mulai menjelaskan kepada Nadhira terkait kecelakaanku bulan lalu, dan vonis dokter Eko pecan lalu. Sama seperti yang lain, Nadhira pun merasa kasihan. Iya pun mendoakan agar keadaan diriku segera membaik.

"Ya, terimakasih doanya ra. Tapi ada satu lagi yang mau kusampein ke kamu, boleh kan?"

"Boleh, sampein aja."

"Sebenarnya ini ranah yang cukup privasi, dan aku gak yakin kamu mau dengerin apa gak?"

"Udah ngomong aja gak usah banyak cingcong "

Wajahnya menunjukkan ekspresi tidak sabar. Bertolak belakang dengan diriku yang sampai sekarang masih bimbang apakah aku harus mengatakannya atau tidak. Tapi satu menit berlalu aku sudah membulatkan tekadku.

"Aku tau kamu masih punya gandengan, yaitu si Irfan. Dia pintar, aktivis, mahasiswa berprestasi, kaya, banyak perempuan menyukainya. Jelas tak bisa disamakan dengan aku yang biasa-biasa aja ini, prestasi dikit, bukan aktivis, pokoknya kebalikannya Irfan. Meski begitu, sebelum semua ingatanku benar-benar hilang, aku ingin memberi catatan manis pada buku ingatanku bahwa aku pernah mempunyai perempuan yang aku suka, dan aku sudah menyampaikan perasaanku padanya. Jadi aku cuma mau bilang kalau selama ini aku menyukaimu dalam diam" ucapku.

Aku langsung menundukkan pandangan takut kalau-kalau Nadhira marah mendengar kelancanganku berbicara seperti itu didepannya. Keadaan hening sejenak, hingga aku mendengar suara isak tangis dari Nadhira.

"Eh eh kenapa ini, kok malah nangis. Aku gak sopan ya?!" Jawabku dengan perasaan khawatir.

Nadhira masih terus menangis hingga beberapa menit berikutnya. Sepuluh menit berlalu, ia sudah agak mendingan.

"Coba tehnya diminum dulu ra, keburu dingin." Sambil kusodorkan the itu ke hadapannya. Harapannya ia mungkin akan meminumnya dan akan merasa baikan. Benar saja, ia sudah membersihkan air matanya dan meminum tehnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun