Tantangan Moral di Era Digital
Moralitas anak-anak Indonesia saat ini berada pada titik yang mengkhawatirkan. Berbagai pengaruh eksternal, mulai dari eksposur konten tidak pantas di media sosial hingga kurangnya pengawasan orang tua dalam konsumsi hiburan digital, membuat anak-anak rentan terhadap pemahaman moral yang kabur atau terdistorsi. Berdasarkan penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, masalah menurunnya karakter dalam kehidupan sosial dan etika anak-anak telah berdampak pada munculnya berbagai perilaku negatif yang semakin mengkhawatirkan masyarakat.
Permasalahan moral ini bukan hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga keluarga dan masyarakat. Sebagian anak terlibat dalam pertengkaran, perkelahian, bahkan pelecehan seksual sebagai manifestasi dari rendahnya pendidikan karakter yang mereka terima. "Seorang anak bisa menjadi beban bagi keluarga dan masyarakatnya jika anak tersebut tidak lagi memberikan kepastian, tetapi menjadi pribadi yang sempit hatinya," ungkap peneliti dalam jurnal tersebut.
Fondasi Hukum Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter sebenarnya telah memiliki landasan hukum yang kuat di Indonesia. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menekankan pentingnya pendidikan karakter sebagai bagian integral dari proses pendidikan formal. Tujuannya bukan hanya menciptakan individu yang cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki nilai moral yang kuat serta kesadaran akan tanggung jawab sosialnya sebagai bagian dari masyarakat yang demokratis.
Pendidikan karakter diartikan sebagai pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung terkait dengan berkembangnya moral anak yang terlibat dalam sebuah pendidikan. Implementasi pendidikan karakter yang efektif memerlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan semua pihak dalam ekosistem pendidikan anak.
Tahapan dan Strategi Pendidikan Karakter
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan karakter harus memperhatikan tahapan belajar pada ranah afektif. Tahapan belajar dalam ranah afektif meliputi: penerimaan, pemberian tanggapan, penghargaan, pengorganisasian, dan internalisasi. Anak-anak umumnya mengidentifikasikan dirinya dengan orang tua dan orang-orang terdekat di lingkungannya, sehingga peran orang tua dan pendidik menjadi teladan yang sangat dekat dan mudah ditiru anak.
Beberapa strategi yang dapat digunakan untuk menerapkan pendidikan karakter dalam pembentukan moral anak antara lain:
Membangun sifat dapat dipercaya melalui pemberian amanah dan tanggung jawab untuk menyampaikan pesan.
Mengajarkan rasa hormat dengan membiasakan anak mengucapkan salam dan saling menyapa.
Melatih tanggung jawab dengan membantu orang tua hingga selesai dalam pekerjaan rumah tangga.
Mengembangkan sifat adil dengan mengajarkan berbagi dengan teman tanpa memilih-milih.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!