Mohon tunggu...
Takas T.P Sitanggang
Takas T.P Sitanggang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mantan Jurnalist. Masih Usahawan

Menulis adalah rasa syukurku kepada Sang Pencipta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Luka Lama

15 Juli 2018   14:25 Diperbarui: 16 Juli 2018   00:06 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kau duduk di bangku mobil dengan wajah sekaku kayu dan mata yang berapi-api. Sungguh sikapmu membuat perjalanan pulang kita menjadi sangat beku tetapi terasa panas dan gerah. Puncaknya ketika diammu meletup. 

"Dasar buaya! Puas kau lihatin teteknya Sarah?!" 

Aku tersentak, dan bingung! Karena pada detik itu aku tidak tahu jika aku telah menjadi sosok yang bersalah di matamu. Lalu segala tuduhan itu bertubi-tubi kau hujamkan tanpa kau beri jeda untukku menampiknya. Tiba di rumah kau berjalan dengan kaki mengentak-entak serta wajah yang geram dan tulang rahangmu tampak bersembulan. 

"Kau tidur di luar!"

Hardikmu. Matamu yang indah melototiku seram, dan jemarimu yang lentik itu kejam membanting pintu kamar. Dan, ingatlah, kejadian-kejadian seperti ini terus berulang hingga kita dikaruniai seorang putri secantik dirimu, sayang.  

**

Djenar, gadis tujuh belas tahun itu, kau pecat, setelah tiga bulan menjadi pengurus rumah dan bayi kita. Dia sengaja merantau ke kota, kemudian bekerja di rumah kita,  agar bisa mendapatkan uang untuk biaya pengobatan ayahnya yang lumpuh karena stroke. Kau sirnakan harapannya itu oleh karena kecurigaanmu padaku. Kau menuduh aku menggoda anak itu di belakangmu. 

Sayang, bukankah kau yang memintaku untuk mengajari Djenar cara membuat pasta kesukaanmu? Pasta buatanku yang kau bilang selalu membikinmu jatuh cinta setiap hari padaku. Bukankah kukatakan padamu? Biarlah aku saja yang tetap membuatkannya untukmu seperti waktu kita pacaran dulu. Tetapi kau tak ingin merepotkan aku. Kendati aku tak pernah sedikitpun merasa repot untuk itu. 

Sayang, bagaimana aku harus membuat Djenar, seorang gadis desa, mengerti cara membuat pasta kesukaanmu, yang sama persis rasanya dan tak akan kau muntahkan seperti yang sering kau lakukan ketika menyantap makanan yang tak sesuai seleramu, jika aku tak mengajarinya langsung? 

Kau memasang kamera tersembunyi - tanpa sepengetahuanku - di setiap sudut ruangan yang ternyata bukan untuk memantau orang lain tetapi memantau aku, suamimu. 

Dan, di malam itu, emosimu meledak. Kau berteriak laik harimau. Aku terhenyak dari nyenyak. Bayi kita di ranjang ayun mengoak-ngoak. Dalam rekaman itu, kau menyaksikan Djenar dan aku bertabrakan saat aku sibuk mengumpulkan resep yang perlu disiapkan untuk mengajarinya membuat pasta kesukaanmu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun