"...tapi kenapa?"
Esmeralda menurunkan volume suaranya, agar aku lebih memperhatikan kata-katanya. "Jika cermin yang ini hanya bisa digunakan untuk melihat yang masih hidup, cermin kembarnya hanya bisa digunakan untuk melihat jiwa mereka yang sudah mati."
"..dan dimana cerminnya berada?" aku sudah tidak sabar lagi.
"Tidak jauh... Dia berada tepat di belakang kita," jawab Esmeralda.
Aku baru menyadari, kalau kamar ini ternyata dibuat dengan desain simetris. Tepat di belakang kami, ada meja rias lainnya dengan cermin yang berukuran sama persis. Esmeralda pun melangkah ke cermin itu, aku mengikuti.
Saat berada dekat dengan cermin, dia memberi jalan kepadaku.
Aku pun mendekati cermin. Apa benar cermin ini bisa menampilkan wajah jiwa-jiwa yang tersesat?
Haaa?!! Apa yang terjadi??
Sebelah kiri wajahku ternyata rusak berat. Rahang nyaris terlepas, , rongga mata kiriku kosong melompong dan mata kananku hampir tercabut dari rongganya. Darah menggumpal dan menghitam di separuh wajahku. Tidak tahan melihat pemandangan mengerikan itu aku pun berteriak sekencang-kencangnya ...
 ***
Syukurlah pengalaman barusan ternyata hanya mimpi. Saat membuka mata, kamar masih gelap gulita. Aku pun bangun dari tempat tidur untuk---