Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sebuah Tempat di Tjikini

27 November 2019   18:44 Diperbarui: 27 November 2019   19:01 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://manual.co.id

Sebenarnya aku ingin menulis ulang
sajak-sajak yang dulu telah berpulang
dan pernah menjadi dinding kota ini
saat batu bata di sini masih berusia muda
dan baru saja selesai menyusu
lalu disapih
untuk dibiarkan berlarian
dari dentuman meriam

Untuk segelas teh poci
yang baru saja dituang
bersama sejumlah kenangan
aku menuliskan puisi
yang dulu bait-baitnya mungkin pernah
menjadi peluru
lalu menghuni jantung
sebagai tanda mata perjuangan
yang juga ikut dimakamkan

Jalanan ini tak pernah sepi
dari keriuhan kata-kata
di gang-gang sempit
tempat anak-anak bermain-main
dengan teriakan puitis
dan ibu-ibu muda
bercengkrama di beranda
dengan kalimat-kalimat romantis
tentang senja di kota besar
yang terlupakan hampir lima hari
dalam seminggu yang melelahkan hati

Jakarta, 27 November 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun