Orang-orang kaya suntuk merumuskan kemakmuran di depan orang-orang miskin sibuk memunguti butiran beras berjatuhan dari igauan politikus-politikus di kursi goyang mengicau burung-burung kehilangan pijakan direbut para geladangan. Para orang tua masih bertanya-tanya tentang hantu-hantu gentayangan dari media-media warung-warung. Ramai anak-anak belajar Pancasila UUD 1945 pada gawai semarak permainan pukul-pukulan tembak-tembakan di taman banyak ular senduk.
Kota-kota bergegas ke luar negeri. Kampung-kampung mengepung kota-kota. Hutan-hutan terjerumus ke buku-buku. Kebun-kebun mencemplung ke kantung-kantung. Tambang-tambang hengkang ke piring-piring. Sungai-sungai terurai dalam botol plastik. Laut-laut hanyut di perut-perut.
Pohon-pohon tidak sudi menjadi padi-padi. Padi-padi tidak sudi membuah berlian-berlian. berlian-berlian tidak sudi lahir dari rumput-rumput. Rumput-rumput tidak sudi menampung kentut-kentut. Kentut-kentut tidak sudi dipolitisasi mimbar-mimbar. Mimbar-mimbar berlarian ke ruang-ruang terbuka mencari pendengar-pendengar paling menyala. Pendengar-pendengar membakar mesin hitung-mesin hitung. Mesin hitung-mesin hitung menghapus gambar-gambar orang kaya berpolitik miskin-melarat.
*******
Panggung Renung Balikpapan, 20 Mei 2017